Empat WNI Membelot dari ISIS, Pengamat: BNPT Harus Siapkan Antisipasi
empat orang yang kabarnya telah membelot dari ISIS itu masih sebagian kecil dari Warga Negara Indonesia (WNI)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) diminta siap siaga menyusul adanya 85 orang anggota kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dikabarkan telah melarikan diri dan membelot.
Empat dari 85 orang itu berasal dari Indonesia. Dari beberapa sumber didapatkan empat nama orang asal Indonesia yaitu Abdul Hakim Munabari, Ahmad Junaedi, Helmi Alamudi, dan Mazlan.
“Kalau mereka tidak pulang ke Indonesia tidak ada masalah, tapi kalau mereka kembali ke Indonesia, tentu harus ada tindakan atau upaya untuk mencegah mereka menyebarkan paham kekerasan di Tanah Air. Itu justru akan lebih berbahaya sehingga BNPT dan lembaga terkait lainnya harus menyiapkan langkah antisipasinya. Siapa yang bisa menjamin apakah mereka benar-benar telah ‘sembuh’ dari pengaruh ISIS?” ujar Ketua Departemen Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) Kemal Dermawan di Jakarta, Jumat (25/9/2015).
Menurut Kemal, empat orang yang kabarnya telah membelot dari ISIS itu masih sebagian kecil dari Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah bergabung dengan kelompok militan tersebut.
Namun kabar itu tetap cukup positif meredam propaganda ISIS. Kemal menilai ISIS memang sangat berbahaya.
“Yang pasti mereka bukan negara. ISIS itu hanya kelompok yang menganut norma yang tidak bagus yaitu menghalalkan kekerasan dan pemerkosaan. Jadi tidak ada tempat paham tersebut di Indonesia, sehingga apa saja yang berbau ISIS harus benar-benar dibersihkan, termasuk empat warga Indonesia yang katanya membelot tersebut,” katanya.
Sementara itu Pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar mengatakan keberadaan empat WNI yang membelot dari ISIS tetap harus diwaspadai.
Jangan sampai mereka yang menyatakan sadar dan ingin kembali ke NKRI ini justru malah berpura-pura dan menyebarkan paham ISIS di Indonesia.
“Tentunya selain dengan membina juga ada deteksi. Intelejen juga harus ikut berperan dalam mengawasi. Kalu mereka ini dibina lalu sebenarnya menyimpang, maka intelijen juga harus tahu,” ujar Bambang.