Terpaksa Injak Orang Bergelimpangan di Jalan Demi Selamatkan Diri dan Istri
Sanip begitu sigap melindungi sang istri saat tragedi Mina terjadi di depan matanya.
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, MEKKAH - Sanip begitu sigap melindungi sang istri saat tragedi Mina terjadi di depan matanya. Ia berada di tengah-tengah ribuan orang yang berjubel di Jalan 204.
Diceritakan pria asal Paiton, Probolinggo, Jawa Timur tersebut dirinya bersama isteri selamat dari tragedi maut tersebut setelah naik ke pagar dan mengamankan diri di atas tenda jemaah yang berada di jalan tersebut.
Memang Sanip menjaga sang istri di tengah ribuan orang yang berjubel, meskipun badannya kecil ia berada dibelakang istrinya dan melidungi istrinya Sulaeha dengan kedua tangannya.
“Isteri ada di depan saya, sudah saya lindungi isteri saya karena takut (isteri) hilang dan takut terlepas,” kata Sanip saat ditemui tribun di pemondokannya Hotel Tsarawat Al Syisyah, Mekkah, Senin (28/9/2015).
Posisinya sangat sulit untuk keluar dari kerumunan orang tersebut, ia bersama isterinya sulit bergerak. Bahkan bila mereka terjatuh pun sudah barang tentu petaka akan menimpanya terinjak-injak jemaah lain.
Ia bersama sang isteri hanya mengikuti gerakan orang yang berjubel mengingat di bawahnya pun sudah banyak orang yang bergelimpangan “Tidak tahu apakah mereka sudah mati atau tidak,” katanya.
Sedikit demi sedikit akhirnya pria berusia 43 tahun tersebut mampu ke pinggi bersama isterinya kemudian mendekati pagar.
Sanip pun dengan kekuatan yang ada menopang sang istri untuk naik ke atas pagar dan tenda dengan pundaknya. Akhirnya Sulaeha bisa naik ke atas tenda.
Setelah isterinya selamat, lantas pria yang berkaos putih tersebut pun memanjat pagar hingga sampai ke atas tenda jemaah Negara lain.
“Saya naikkan istri saya dengan pertopang pada pundak saya. Sementara pun saat ke pinggi banyak menginjak orang yang sudah berada di bawah. Tidak tahu apakah orang-orang tersebut sudah mati atau belum,” ungkapnya.
Ia pun berada di atas tenda sampai suasana ricuh pun mereda. Selama berlangsung kericuhan yang menyebabkan ribuan orang meninggal dunia tersebut dirinya hanya mendengar raungan dan rintihan orang-orang yang terinjak-injak.
“Suaranya orang-orang yang terinjak-injak tersebut sembarangan, suaranya seperti orang yang sedang terbakar,” ungkapnya.
Dirinya sempat berpikir kecil harapan hidup bagi dirinya, tetapi Allah masih memberikankesempatan kepadanya untuk hidup dan menjalankan ibadah haji hingga tuntas.
“Memang usahanya luar biasa, saya tidak tega bila melihat kejadian seperti itu lagi.Alhamdulillah saya masih hidup,” ucapnya.
Setelah beberapa saat dirinya pun melihat jenazah bergelimpangan di jalan tersebut dan dirapihkan petugas Arab Saudi.“
Sangat banyak, kebanyakan yang saya lihat itu yang berkulit hitam,” katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.