Hary Tanoe Menolak Program Bela Negara
Program bela negara ditujukan untuk warga negara Indonesia, yang berumur di bawah lima puluh tahun.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program bela negara yang diluncurkan pemerintah, dinilai kurang tepat oleh Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Hary Tanoesoedibjo.
Ia menyebut dana yang digelontorkan pemerintah untuk program tersebut, bisa dimanfaatkan untuk program-program lain yang lebih bermanfaat.
"Apakah harus dengan caranya seperti itu, itu kan biayanya mahal, sementara kita kalau ingin mengerjakan sesuatu itu pakai prioritas," kata Hary Tanoe kepada wartawan di kantor Partai Perindo, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (27/10/2015).
Program bela negara ditujukan untuk warga negara Indonesia, yang berumur di bawah lima puluh tahun.
Anggarannya sangat banyak, menurut Hary Tanoe ,bila seluruh warga yang berumur di bawah lima puluh tahun harus menjalani program khusus, maka biaya yang dikeluarkan luar biasa banyak.
"Masalah tempat, logistik, biayanya berapa," jelas dia.
Sedangkan untuk menanamkan nilai-nilai bela negara, bisa dilakukan melalui kurikulum sekolah. Siswa di kegiatan sekolah, maupun kegiatan ekstrakulikuler bisa diajarkan nilai-nilai bela negara. Program tersebut akan lebih efisien, daripada menggelar pelatihan khusus seperti yang saat ini sudah dilakukan di sejumlah tempat.
"Kalo masalah semangat nasionalisme, kemampuan fisik sebagainya, mungkin bisa dibuat kurikulum sekolah saja," terangnya.
Uang yang digunakan untuk membiayai program bela negara, bisa dialokasikan untuk program program yang bisa menyelesaikan permasalahan bangsa, seperti pelemahan ekonomi. Menurut Hary Tanoe, pemerintah harusnya terlebih dahulu fokus menyelesaikan permasalahan tersebut.
"Menurut saya, prioritas sekarang ini adalah masalah ekonomi, bagaimana masyarakat khususnya golongan ekonomi lemah, jangan sampai sengsara lah," tandasnya.