Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

19 Orang Meninggal Akibat Kabut Asap

tercatat sudah ada 19 orang yang tewas akibat bencana tersebut.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in 19 Orang Meninggal Akibat Kabut Asap
SRIWIJAYA POST/SRIWIJAYA POST/IGUN BAGUS SAPUTRA
RUMAH EVAKUASI -- Seorang ibu bersama anaknya saat berada di Rumah Evakuasi korban asap di Perumahan Amin Mulia no. 12 Jakabaring, Senin (26/10). Mereka merupakan korban asap yang di evakuasi dan mendapat perawatan intensiv akibat terpapar kabut asap. SRIWIJAYA POST/IGUN BAGUS SAPUTRA 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah lebih dari seratus hari kebakaran hutan dan lahan (Kahutla) melanda sejumlah wilayah di Indonesia, tercatat sudah ada 19 orang yang tewas akibat bencana tersebut.

"Sampai pagi ini yang terlaporkan, sembilan belas orang meninggal. Lima di Kalimantan Tengah, Lima di Sumatera Selatan, satu di Riau, satu di Jambi dan tiga di Kalimantan Selatan," kata Menteri Sosial (Mensos), Khofifah Indar Parawansa kepada wartawan di kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Rabu (28/10/2015).

Untuk mengantisipasi jatuhnya lebih banyak korban, pemerintah pusat kata dia akan terus mengingatkan pemerintah daerah, untuk selalu waspada terhadap Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), di wilayahnya masing-masing.

Data soal ISPU di wilayah terpapa kabut asap, diimbau untuk diperbaharui setiap 30 menit.

"Kalau sudah disampaikan bahwa ISPU sekian, tolong cari tempat yang aman. itu harus sampai ke RT dan RW," ujarnya.

Lokasi yang bisa dijadikan tempat pengungsian, adalah tempat-tempat yang tersedia pendingin ruangan.

Pasalnya ruangan yang terdapat fasilitas pendingin ruangannya, udaranya relatif lebih bersih dari partikel yang ada di kabut asap.

Berita Rekomendasi

Tempat tersebut bisa di rumah warga, hingga fasilitas pemerintah seperti gedung milik pemerintah daerah.

Menteri Kordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Luhut Binsar Panjaitan, dalam kesempatan yang sama mengakui kebakaran hebat di hutan dan lahan yang terjadi saat ini, salah satunya disebabkan karena pemerintah gagal memprediksi gelombang panas El Nino.

"Saya harus jujur, saya tidak tahu, meteorologi, El Nino ini jauh lebih buruk dari prediksi. Sudah dikasih tahu bulan Maret, tapi kita tidak tahu ini lebih buruk," kata Luhut.

Kenyataannya hingga kini musim hujan belum tiba, walau pun di sejumlah tempat hujan sudah turun dalam intensitas kecil. Gelombang panas yang berkepanjangan, ditambah dengan lahan yang rusak, telah menyebabkan munculnya titip api dalam jumlah banyak.

"Saya katakan, saya tidak malu, ramalan kami keliru, buahnya adalah kerja keras," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas