RAPBN 2016 Sedang Diincar dan Dimangsa Drakula Politik
Pengamat ekonomi dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng mengatakan, RAPBN 2016 sedang diincar dan dimangsa drakula politik.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat ekonomi dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng mengatakan, RAPBN 2016 sedang diincar dan dimangsa drakula politik.
"Level perampokan anggaran oleh para oligarki politik yang membajak institusi negara saat ini bila dianalogikan dengan bencana alam bukan lagi di level waspada, namun sudah memasuki level awas," kata Salamuddin dalam keterangan yang diterima Jumat (30/10/2015).
Menurutnya, setelah sumber daya alam dimangsa habis oleh para drakula politik yang berkuasa, kini menyisakan kerusakan lingkungan, kebakaran hutan, asap, kekeringan.
"Kini satu-satunya sumber yang mau dilahap adalah APBN melalui berbagai skema ribuan projek infrastruktur, penyertaan modal ke BUMN, penyertaan modal ke lembaga keuangan international, seperti AIIB dan World Bank, untuk tujuan untuk melipatgandakan utang," katanya.
Menurutnya, di tengah jatuhnya harga komoditas seperti sawit, batubara, minyak, dan sumber daya alam lainnya, para taipan, saudagar, yang dicover para marsose, pengawal politik dan intelektual, semakin kelaparan dan kehausan, semakin ganas dan haus darah segar.
"Darah paling segar itu adalah APBN," ujarnya.
Salamuddin mengatakan, alasan pengesahan RAPBN 2016 sangat ambisius, naik dari target APBNP 2015. Padahal APBNP sebelumnya tersebut tidak mencapai target. Ini jelas tidak waras bagaikan pungguk merindukan bulan.
Ambisi ini, menurutnya akan tercapai dengan mencekik rakyat dengan pajak berlipat ganda, cukai selangit, dan berbagai pungutan yang mencekik leher.
"Tidak hanya itu, drakula politik akan menjual negara kepada asing dengan mengemis utang luar negeri, menjual BUMN dan menjadikan APBN sebagai proyek bersama antara para taipan, saudagar, yang menguasai negeri bersama sama dengan modal asing," kata Salamuddin.
Menurutnya, Indonesia dengan sistem politik yang amburadul telah dimanfaatkan para drakula politik.
"Yang habitatnya tidak punya nurani terhadap penderitaan rakyat, miskin, menganggur dan menderita berbagai penyakit akibat bencana pembakaran lahan dan asap," katanya.