"Kalau Dikasih Kursi Menteri Berarti Dukungan PAN Tidak Lagi Tulus"
Isu reshuffle kabinet jilid II kembali menguat.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Isu reshuffle kabinet jilid II kembali menguat.
Informasi pun menyebutkan masuknya Partai Amanat Nasional (PAN) dalam Kabinet kerja saat reshuffle yang akan digelar pertengahan bulan November ini.
Terkait hal itu, Koordinator Indonesia Bersih, Adhie Massardi mengingatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tidak terbelenggu membalas ketulusan dukungan PAN terhadap pemerintah.
Kata mantan Jurubicara Presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu, biarkanlah dukungan tulus PAN kepada Pemerintah murni tanpa balas budi kursi menteri.
"PAN itu bergabung di Pemerintahan karena tulus ingin mendukung Pemerintahan Jokowi. Kalau dikasih kursi berarti dukungan PAN itu tidak lagi tulus," ujar Adhie melalui sambungan telepon kepada Tribunnews.com, Selasa (3/11/2015).
Menurutnya, sebagai koalisi pemerintah, alangkah lebih baik PAN tetap pada posisinya sekarang--tulus mendukung tanpa kursi kabinet.
Karena jauh lebih dipuji publik, imbuhnya jika PAN mendukung pemerintah secara tulus tanpa kursi kabinet.
"Masyarakat akan lebih menilai ketulusan PAN. Alhasil PAN mendapat hati masyarakat dan pada Pemilu mendatang tetap mendapat dukungan lebih dari publik," jelasnya.
Lebih lanjut Adhie juga meminta Jokowi tidak mengulang kesalahan pemerintahan sebelumnya, yakni menambah koalisi yang lebih gemuk dan berbagi kursi kabinet.
Koalisi pendukung pemerintah yang disebut Koalisi Indonesia Hebat (KIH) sudah kuat. Tidak perlu lagi ditambah-tambah lagi, dengan konsekuensi reshuffle kabinet untuk anggota koalisi baru.
Lebih baik sekarang Presiden Jokowi, menurutnya, konsentrasi menggarap kabinet yang 100 persen sesuai dengan janji-janji kampanye saat Pilpres lalu.
"Karena koalisi partai itu tidak ada manfaatnya buat masyarakat. Lebih baik saat ini Jokowi konsentrasi wujudkan target-targetnya yang dibilang waktu kampanye Pilpres," tandasnya.