Intelejen Indonesia Harus Lebih Waspada Sikapi Tragedi Paris
Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq mengatakan jangan sampai keterlambatan mendeteksi gerakan anarkis dan teror terus berulang.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kejadian teror di Paris harus membuat intelejen Indonesia lebih waspada.
Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq mengatakan jangan sampai keterlambatan mendeteksi gerakan anarkis dan teror terus berulang.
Apalagi kata Fajar, kondisi yang kian terbuka dan serbuan infomasi yang tak mungkin dikontrol membuat situasi keamanan sangat rentan.
Menurutnya, perlu ada sinergi semua institusi pemerintah dan masyarakat agar sama-sama bertanggungjawab mengantisipasi suburnya rasa kebencian dan balas dendam.
Aparat keamanan pun imbuhnya, jangan sampai mengeksklusi kelompok agama tertentu dalam menegakkan hukum dan keadilan sehingga memicu ketidakpuasan dan menimbulkan ketidakadilan.
"Perlu ada kebijakan yang fair dan adil dalam menyikapi kasus-kasus kekerasan dan terorisme," ujar Fajar kepada tribun, Minggu (15/11/2015).
Sementara itu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan turut berduka atas serangan di Paris yang menewaskan seratusan orang pada Jumat (13/11/2015) malam.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, tindakan pelaku serangan itu sama sekali tidak mencerminkan sikap dan tidak mewakili Islam meski dikaitkan dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Kelompok apapun yang berada di balik peristiwa tersebut, lebih-lebih kalau ada yang memakai atribut Islam, sangat tidak bertanggungjawab dan tidak mewakili Islam," ujar Haedar melalui siaran pers.