TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat intelijen Nuning Kertopati Susaningtyas menilai, ISIS memiliki sistem dan mekanisme rekrutmennya di setiap negara, berbeda-beda cara,semua menggunakan pendekatan kultural. Indonesia, meski negara Islam terbesar, tetapi memiliki kearifan lokal cukup tinggi sehingga dukungan kepada ISISI tidak massive

 Meski begitu, aspirasi orang Indonesia dengan kelompok ISIS bukanlah sesuatu yang baru. Apalagi, kata mantan anggota Komisi I DPR ini, dalam sejarahnya Indonesia pernah memiliki organisasi sejenis, Daulah Islamiyah.

" Yaitu, gerakan Darul Islam atau NII yang pernah melahirkan berbagai gerakan pemberontakan di masa lalu. Suatu fakta bahwa aspiran DI/NII masih hidup diantara kalangan masyarakat kita. Dan apa yang disuarakan ISIS dapat mereka terima dan didukung," Nuning menambahkan, Sabtu (21/11/2015).

"Bahkan dianggap sebagai panggilan Jihad.Hal inilah yamg dikampanyekan Abu Bakar Baasyir dan Ustaz Aman Abdurrahman kepad para pengikut dan kader, saat membezuk keduanya di Lembaga Pemasyarakatan," tambahnya.

Pernyataan Nuning sekaligus menanggapi hasil survei yang dirilis BBC yang mengungkap ada sekitar 10 juta orang Indonesia mendukung gerakan ISIS.

Berawal dari itu, Nuning menambahkan, maka pergerakan WNI ke Suriah dan Irak sulit dihindarkan.Serupa dengan pergerakan jihadis semasa konflik Afganistan yang kemudian melahirkan gerakan JI, atau pergerakan jihadis ke Filiphina Selatan.

"Apa yang dialami Indonesia pun juga dialami oleh negara negara di kawasan yang bahkan diklaim dan dikampanyekan ISIS sebagai bagian dari kekhalifahannya," Nuning menegaskan.

Menurut survei The Pew Research Center yang dirilis BBC terkait sikap global terhadap ISIS terungkap, hanya empat persen warga Indonesia yang mendukung ISIS. Namun, angka ini tak bisa disebut kecil.

Sebab, jika penduduk Indonesia saat ini mencapai 255 juta orang, warga yang bersimpati pada ISIS tak kurang dari 10 juta orang.