Media Alternatif Senjata Baru Penanggulangan Ancaman Perpecahan
publik kini tidak lagi menyimak laporan intel, tetapi lebih ke medsos
Penulis: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keberadaan media alternatif seperti medsos (media sosial), kini bisa menjadi senjata baru dalam penanggulangan terhadap ancaman perpecahan yang bisa saja terjadi dikemudian hari.
Bahkan publik kini tidak lagi menyimak laporan intel, tetapi lebih ke medsos meski kadang kurang akurat.
Hal ini diakui wartawan senior Budiarto Shambazy saat berbicara dalam diskusi publik dengan tema "Peran Media Alternatif dalam Mencegah Propaganda Separatisme" yang digelar Sosial Media for Civic Education (SMCE) di Gedung Dewan Pers jalan Kebon Sirih No. 32-34, Jakarta, Rabu (25/11/2015).
Budiarto mengatakan sebagai mahluk modern, manusia dewasa ini tidak lagi dapat terlepas dari peran medsos dalam kehidupannya sehari-hari.
Ada pun peran medsos yang dirasa memberikan impact yang luas terhadap masyarakat adalah bagaimana media publik ini kemudian menjelma menjadi penyebar berita yang instan.
"Keberadaan medsos kini bisa menjadi senjata baru dalam penanggulangan terhadap ancaman perpecahan yang bisa saja terjadi dikemudian hari," ujarnya
Ada pun keuntungan dari hadirnya medsos ditengah masyarakat, menurut Budiarto semua informasi, khususnya yang bersifat keamaan nasional dapat diinformasikan dan disosialisasikan dengan seksama.
"Jadi media alternatif mampu menangkal upaya-upaya propaganda dari pihak-pihak yang menginginkan adanya perpecahan," kata dia.
Namun di sisi lain, Budiarto menyayangkan bahwa penggunaan medsos di Indonesia saat ini belum sepenuhnya digunakan untuk kepentingan dibidang ekonomi bisnis seperti apa yang dilakukan negara barat.
"Sayangnya Indonesia tidak menggunakan medsos untuk kemajuan di bidang ekonomi, seperti di Amerika untuk kemajuan UKM, memotong jalur pemasaran, tidak lagi ada perantara bagi nelayan, sehingga keuntungan maksimal. Hanya di Indonesia aja kita gunakan medsos tanpa tujuan ekonomi yang jelas dari fenomena itu," katanya.
Dikesempatan sama bekas Ketua Umum PWI Pusat Tarman Azzam mengatakan, selama masih ada nasonalisme dihati penduduk negeri ini, sehingga ancaman terhadap perpecahan tidak akan terjadi.
"Ancaman yang disebut Budiarto tadi kita harus anggap itu sebagai tantangan dan kita akan bisa berusaha berpikir bagaimana menyelesaikan tantangan tersebut," ucapnya.
Menurut Tarman, perlu adanya sebuah organisasi yang menaungi media alternatif dalam mengelola bagaimana seharusnya informasi itu disajikan dalam bentuk yang proposional.
"Sayangnya belum ada organisasi yang mempersatukan media alternatif, membangun organisasi dan aturan. Media alternatif harusnya dijadikan peluang ketimbang menghasilkan hal yang negatif," katanya.