Peserta Haul Membeludak, Gusdurian Terpaksa Menonton di Layar Lebar
Jalaman kediaman almarhum Gus Dur pun tak mampu menampung jemaah yang jumlahnya mencapai ribuan orang.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peringatan enam tahun wafatnya presiden keempat Republik Indonesia (RI), Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sabtu (26/12/2015) di Ciganjur Jakarta dipenuhi ribuan fans Gus Dur (Gusdurian).
Akibatnya, halaman kediaman almarhum Gus Dur pun tak mampu menampung jemaah yang jumlahnya mencapai ribuan orang.
Gusdurian yang tidak dapat masuk ke dalam halaman rumah tokoh NU itu, terpaksa menyaksikan acara dari luar pagar.
Sebuah layar besar berukuran 3x3 meter menjadi alternatif para Gusdurian menyaksikan jalannya acara Haul 6 Gus Dur dari luar.
Beralaskan karpet, para Gusdurian rela duduk lesehan mengikuti prosesi peringatan Haul ke-6 Gus Dur.
Mereka pun terlihat menikmati prosesi acara meski hanya menyaksikan dari layar lebar saja.
Acara Haul ke-6 Gus Dur pun sempat terganggu dengan turunnya hujan. Gusdurian yang duduk lesehan pun segera mengambil tempat untu meneduh, namun pada saat hujan berhenti mereka pun kembali mengikuti prosesi acara Haul ke-6 Gus Dur.
Putri Presiden keempat Republik Indonesia Abdurrahman Wahid, Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid mengatakan, peringatan wafatnya Gus Dur tahun ini sengaja mengambil tema 'Merawat Tradisi, Merjaut Hati'. Tema itu diambil untuk mengingatkan semua pihak untuk saling menjaga tradisi sebagai sarana silaturahmi.
Menurut wanita yang akrab disapa Yenny Wahid itu, belakangan ini di Indonesia banyak terjadi konflik sosial, ekonomi, politik bahkan agama. Padahal dikatakannya banyak sarana silaturahmi di masyarakat yang dapat digunakan untuk mencegah konflik tersebut.
"Spirit merajut hati merupakan perjuangan Gus dur sebagai cermin menjaga keberagaman yang mengedepankan wisdom," kata Yenny di sela peringatan Haul 6 Gus Dur di kediamannya, kawasan Ciganjur.
Yenny menuturkan, Indonesia merupakan bangsa yang memiliki toleransi diantara perbedaan satu sama lain. Toleransi itu kata Yenny, yang membuat iri para pemimpin di luar negeri.
"Banyak pemimpin di dunia yang saya temui mengatakan ingin belajar kemajemukan dan toleransi yang ada di Indonesia. Kita harus berbangga," tuturnya.