Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Teroris Sarinah: Saya Mau Jihad, Beh, Doain ya

Siapa sangka Kamis (14/1/2016) pagi lalu merupakan pertemuan terakhir seorang pedagang es yang biasa dipanggil Babeh, dengan terduga teroris

Editor: Sanusi
zoom-in Teroris Sarinah: Saya Mau Jihad, Beh, Doain ya
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Polisi bersenjata lengkap berjaga disekitar kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016). Sejumlah pelaku teror melakukan peledakan dan penembakan kepada polisi dan warga didaerah Sarinah, Jakarta Pusat, mengakibatkan korban tewas serta terluka. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siapa sangka Kamis (14/1/2016) pagi lalu merupakan pertemuan terakhir seorang pedagang es yang biasa dipanggil Babeh, dengan terduga teroris di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Muhammad Ali.

Saat itu, seperti biasanya, Babeh sudah berdagang es di kawasan Kompleks BPPT, Meruya Utara, Jakarta Barat. Setiap orang yang dikenalnya disapanya, termasuk Muhammad Ali.

Kepada Kompas.com, Babeh bercerita penampilan Ali berbeda dibanding hari-hari sebelumnya.

"Saya bilang, 'mau kemana nih pagi-pagi sudah rapi banget?'. Dijawabnya, 'mau jihad nih, Beh! Doain ya'," kata Babeh bercerita, Selasa (19/1/2016).

Babeh mengaku tidak memiliki firasat apapun terhadap ucapan Ali. Namun, setelah melihat berita, ia tak menyangka Ali termasuk salah satu terduga teroris yang sempat baku tembak dengan aparat kepolisian.

Babeh menilai, selama ini tak ada yang mencurigakan dari Ali. Ia mengenal Ali sebagai sosok yang baik, pendiam, dan rajin shalat berjamaah di masjid.

Kata dia, Ali sebelumnya juga pernah bekerja sebagai satpam Kompleks BPPT.

Berita Rekomendasi

"Kalau enggak salah, dia kerja jadi satpam kompleks enam bulan. Terus jadi satpam atau tukang parkir di Restoran Jemahdi depan kompleks dan terakhir ini jadi sopir angkot," kata Babeh.

Berdasarkan foto yang berhasil dijepret fotografer Aditia Novansyah dan ditayangkan di Tempo.co, Muhammad Ali menggunakan baju berwarna biru muda dan ditutup rompi hitam.

Ia beraksi dengan santai bersama rekannya, Afif alias Sunakim. Posisi mereka berada di belakang kerumunan orang yang menyaksikan tiga tubuh tergeletak di pos polisi setelah bom meledak.

Ali diduga menembak seorang polisi lalu lintas (polantas) dari jarak dekat. Ayah tiga orang anak itu menembak polisi dari belakang mobil berpelat kepolisian yang terparkir di tengah jalan.

Polisi kemudian melumpuhkan dan menembak mati Ali serta Afif di halaman parkir Starbucks.

Pada Kamis malam dan Jumat (15/1/2016), pihak kepolisian dari Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya dan Detasemen Khusus 88 Antiteror sudah menggeledah rumah Ali di Kampung Pesanggrahan, Jakarta Barat.

Rumah Ali diduga merupakan tempat merakit bom yang kemudian digunakan di kawasan Sarinah.(Kurnia Sari Aziza)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas