8 Kisah Inspiratif Mochtar Riady: Emas Batangan, Ditipu Istri, dan Filosofi Burung Elang
"Orang itu miskin bukan karena tidak punya uang. Miskin itu tidak mempunyai pengetahuan. Tidak mempunyai ide," ujar Mochtar Riady
Editor: Dahlan Dahi
TRIBUNNEWS.COM - Mochtar Riady berusia 87 tahun. Resepnya sederhana, minum air putih tujuh gelas di pagi hari. Rutin berolahraga.
Ibunya meninggal ketika Mochtar Riady kecil baru berusia sembilan tahun, hidup sengsara, tapi kemudian menjadi salah satu bankir nomor satu Indonesia, mendirikan BCA dan sejumlah bank, serta membangun kerajaan bisnis Lippo Group.
BCA menjadi bank swasta terbesar di Indonesia, sementara konglomerasi Lippo Group saat ini mempekerjakan lebih dari 100 ribu karyawan.
Forbes selalu memasukan Mochtar Riady ke dalam daftar orang terkaya Indonesia.
Pada 2011, misalnya, Forbes menempatkan Mochtar Riady pada peringkat ke-38 dengan total kekayaan US$ 650 juta.
Berbicara dengan Mochtar Riady adalah berbicara dengan kamus hidup, yang masih bisa menjelaskan dengan jernih perbedaan teori Adam Smith dan Karl Marx.
Ia naik helikopter dari kantornya di Lippo Cikarang ke Hotel Aryaduta di Tugu Tani, Jakarta, Kamis (21/1/2016) itu, untuk makan siang dengan sejumlah pemimpin redaksi media massa.
Mochtar Riady berbicara santai dengan pemimpin redaksi dalam suatu acara makan siang untuk menyongsong peluncuran buku otobiografinya, Manusia Ide, yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas.
Lewat buku yang akan diluncurkan pada Rabu (27/01/2016) di Hotel Aryaduta, Jakarta, itu, Mochtar Riady ingin berbagi.
Sharing ide, pengalaman, pengetahuan --sesuatu yang mungkin berguna bagi publik.
Beberapa kisah menarik yang inspiratif dituangkan dalam buku itu.
Berikut delapan di antaranya:
1. Satu Hari Nyampe
Mochtar Riady dikenal sebagai bankir senior. Dia jadi living legend.
Sebelum terjun menangani dan memimpin BCA menjadi bank swasta nomor satu, ia melihat peluang.
Bayangkan ini: Anda kirim uang lewat bank pemerintah, 40 hari kemudian baru "nyampe".
"Itu tidak masuk akal," teriak Mochtar Riady.
"Kalau setiap hari dunia usaha mengirim Rp 1 miliar, berarti ada dana nganggur Rp miliar dalam 40 hari," tambahnya.
Antara lain dari sanalah ia memulai di BCA.
Dia memperbaiki work flow, lalu dibuat sistem komputer. Sistem ini memastikan flow bekerja benar.
"Work flow diterjemahkan ke IT system," katanya.
"BCA menjadi bank pertama yang computerized," ia menambahkan.
Dengan bantuan komputer, sistem bekerja dengan benar dan cepat.
Mochtar percaya pada work flow.
Semua karyawan harus patuh pada alur itu untuk memastikan sistem bekerja dengan benar dan cepat.
Hasilnya, apa yang kita nikmati hari ini: Kirim uang hari ini, hari ini juga "nyampe".
"Bank-bank pemerintah akhirnya ikut sistem itu. Saya memaksa pemerintah meningkatkan standar pelayanan dengan cara ini," kata Mochtar Riady sambil tertawa.
2. Dapat Subsidi Kok Rugi
Rumah sakit umum pemerintah daerah atau RSUD pelayanannya payah, dapat subsidi tapi selalu merugi.
Rumah Sakit Siloam ingin masuk ke daerah, memberi contoh: Pelayanan bagus, tidak dapat subsidi, tapi laba.
"Semoga kami hadir untuk menyadarkan semua pihak untuk melihat something wrong," kata Mochtar Riady.
Pasti ada yang salah. Pelayanan jelek, dapat subsidi dana pemerintah, eh merugi.
Kendati begitu, keinginan Siloam masuk ke kota kabupaten tidak gampang.
Masalah utamanya adalah perizinan.
Siloam siap: Peralatan kesehatan, sumber daya, keterampilan mengelola. Mampu mencetak laba.
Apa yang Siloam tidak punya saat ini adalah dukungan perizinan dari sebagian pemerintah daerah.
Ada juga soal lain: Dukungan masyarakat.
Di Solo, sebagian masyarakat protes. Pemerintah kota mendukung.
Di Padang, Siloam kemungkinan akan menarik diri setelah semua siap kecuali perizinan.
Mochtar Riady ingin "memaksa" rumah sakit pemerintah meningkatan standar pelayanan tapi juga membukukan laba.
Ia berharap Siloam dapat menjalankan misi tersebut. Walaupun begitu, tidak selalu gampang.
3. Rumahkan Mereka Tapi Tetap Gaji
Suatu waktu, kenang Mochtar Riady, seorang pimpinan bank pemerintah mengundangnya makan siang.
Setelah semua basa basi, bankir itu bertanya apa tips menciptakan suasana kerja produktif, bergairah, kompetitif -- sesuatu yang bisa ditampilkan oleh kantor-kantor BCA.
Si bankir nyaris putus asa karena sudah menyewa konsultan asing, dari Amerika pula, tapi suasana kerja bank-bank pemerintah tetap nyantai.
"Anda mungkin kelebihan orang," kata Mochtar Riady kepada bankir itu.
"Kelebihan orang tapi bayarannya kecil. Mereka akan malas-malasan."
Kelebihan orang, tambahnya, juga membuat kabur batas-batas tanggung jawab setiap karyawan.
Rumuskan work flow-nya, hitung berapa karyawan yang mesti terlibat, bakukan.
Jika kemudian ternyata karyawannya berlebih, "Larang mereka masuk kantor tapi tetap gaji mereka," saran Mochtar Riady.
Karyawan yang tidak produktif akan menular ke karyawan lain yang produktif.
Pisahkan, rumahkan, tapi tetap gaji mereka.
4. Hadiah Emas Batangan
Apa rahasia awet jadi bankir?
Mochtar Riady buka rahasia dengan mengenang kisah lima potong emas batangan.
Suatu waktu, Mochtar Riady pulang kantor lebih cepat dari biasanya.
Perasaannya girang. Ia seperti tidak sabar memperlihatkan lima potong emas batangan kepada sang istri.
Setiba di rumah, sambil tersenyum, Mochtar Riady memberi tahu istrinya mengenai emas batangan itu.
"Saya girang bukan main. Belum pernah saya punya emas batangan," katanya.
Melihat emas batangan itu, raut muka istrinya malahan terlihat marah.
"Dari mana ini?" hardik sang istri.
Mochtar Riady menjelaskan bahwa itu pemberian nasabah. Tanpa pamrih.
"Kembalikan sekarang!" teriak sang istri. "Dia akan mengendalikanmu."
Reaksi sang istri sungguh di luar dugaan Mochtar Riady. Walau kesal, akhirnya, dia menuruti perintah istri.
"Belakangan saya sadar, itulah yang membuat saya tetap bertahan sebagai bankir profesional. Sekiranya emas itu saya terima, mungkin dia sudah mengendalikan saya," tuturnya.
"Selama 46 tahun saya mengelola bank, saya selamat. Gara-gara istri," katanya sambil tertawa.
5. Sehat Setelah Ditipu Istri
Ketika itu usia Mochtar Riady 60 tahun. Dia menghadapi masalah kelebihan berat badan.
Berat 78 kg merupakan sinyal buruk.
Masalahnya, Mochtar Riady malas berolahraga.
Mochtar Riady yang kelebihan berat badan, istrinya yang gelisah.
Dia membujuk Mochtar agar berolahraga. Berbagai cara dicoba tapi tidak mempan.
Hingga pada suatu pagi: Sang Istri membangunkan Mochtar Riady. Dia mengeluh.
"Saya kurang enak badan, harus berjalan-jalan menghirup udara pagi," kata istri membangun Mochtar Riady untuk menemani.
"Saya malas bangun. Tapi karena istri minta tolong, saya bangun, temani dia jalan pagi."
Setiap pagi Mochtar Riady menemani istrinya jalan pagi. Hingga menjadi kebiasaan --sampai sekarang.
"Belakangan saya tahu, istri saya ternyata pura-pura sakit."
6. James dan Satu Penjudi
Belajar dari pengalaman sebuah perusahaan komputer di China tahun 80-an, Mochtar Riady menyadari pentingnya generasi penerus.
Sebuah perusahaan komputer China pernah melampaui perusahaan komputer ternama, IBM.
Masalah muncul ketika pendiri meninggal. Kepemimpinan diambil alih sang anak.
Si anak tidak mengerti bagaimana melanjutkan kerajaan bisnis warisan orang tuanya.
Ia tidak peduli pada talent people, tokoh-tokoh kunci yang membesarkan perusahaan.
Walhasil, lima pimpinan senior ke luar, membuat perusahaan baru. Mereka membuat Cisco, kelak menjadi salah satu perusahaan terbaik.
Karena itulah, sejak awal, Mochtar Riady mempersiapkan generasi penerus di Lippo Group.
Saat ini Lippo Group mempekerjakan lebih dari 100 ribu karyawan. Salah satu yang terbanyak dari Matahari Department Store.
"Kalau perusahaan ini ambruk, bagaimana nasib karyawan? Pemerintah juga akan rugi karena perusahaan ini membayar pajak," katanya.
Mochtar Riady menyadari perlunya perusahaan terus berlanjut --dan itu berarti, generasi penerus harus dipersiapkan dengan baik.
Dikaruniai tiga anak, Mochtar Riady memilih James Riady sebagai penerus.
Salah satu anak laki-lakinya penjudi.
"Ayah saya mendidik dengan keras. Katanya, cari uang itu harus berkeringat. Tidak boleh main judi," katanya.
7. Didikan Ala Burung Elang
Suatu waktu Mochtar Riady duduk di depan pesawat televisi.
Televisi menyiarkan bagaimana burung elang mendidik anaknya terbang.
Burung elang itu menerbangkan anaknya setinggi-tingginya lalu membuangnya.
Anak burung elang yang terjun bebas terpaksa mengepak-ngepakan sayap agar bertahan, tidak jatuh, tidak mati.
Si ibu mengamatinya dan pada saatnya, burung elang itu menangkap sang anak agar tidak jatuh.
"Ini memberi inspirasi ke saya. Kita harus rela melihat dia salah," ujarnya.
8. Urus Ide dan Nyawa
"Saya orang paling sengsara," kata Mochtar Riady mengenang masa kecil ketika ditinggal ibunya saat berusia sembilan tahun.
"Sekiranya ada rumah sakit saat itu, mungkin ibu saya tidak meninggal secepat itu," kata Mochtar yang besar dan mengenyam pendidikan di Malang, Jawa Timur.
Ibu --Sibelau (1889-1939)-- meninggal saat melahirkan adik perempuan Mochtar Riady.
Kenangan pahit masa kecil itulah yang mendorong Mochtar Riady membangun Siloam 20 tahun lalu setelah pensiun dari dunia perbankan.
Mochtar Riady percaya, untuk hidup sejahtera manusia harus sehat dan memiliki ide.
Anda tidak akan sejahtera kalau sehat saja. Anda perlu ide.
"Orang itu miskin bukan karena tidak punya uang. Miskin itu tidak mempunyai pengetahuan. Tidak mempunyai ide," ujar Mochtar.
"Kalau keluarga ingin maju, harus berpendidikan. Kalau perusahaan mau maju harus memelihara orang berpendidikan," tambahnya.
Pandangan itulah yang mendorong Lippo Group mengembangkan pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.(*)