Masyarakat Diimbau Lebih Bijak Menelaah Informasi soal Terorisme dari Media
Kondisi yang membuat masyarakat panik dan bingung.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Bidang Pengaduan Dewan Pers, Yoseph Adi Prasetyo, menegaskan pemberitaan media massa kacau saat teror terjadi di kawasan Sarinah Jalan MH.Thamrin Jakarta, 14 Januari lalu.
Kondisi yang membuat masyarakat panik dan bingung.
Ke depan, Dewan Pers mengimbau masyarakat harus bisa lebih bijak menerima informasi, agar tidak ikut panik dan bingung.
Dalam diskusi yang digelar di kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (24/1/2016), Yoseph atau yang akrab dipanggil Stanly itu menyebut salah satu yang membuat panik adalah pemberitaan soal teroris yang kabur ke arah Cikini.
"Kacau luar biasa informasinya. Teroris diberitakan lolos menggunakan motor trail menuju (persimpangan) Semanggi menebar teror," ujarnya.
Alhasil masyarakat yang ada di sepanjang jalur lokasi teror hingga persimpangan Semanggi pun panik. Padahal berita tersebut tidak benar.
Bila media yang memberitakan menjalankan fungsi konfirmasi terlebih dahulu, maka berita tidak akurat itu tidak akan tersebar.
Dalam lima jam pertama setelah teror terjadi pada sekitar pukul 10.36 WIB, hampir tidak ada sumber resmi yang dikutip media, dalam memberitakan teror. Agar masyarakat tidak terjebak pada berita yang tidak akurat, ia mengimbau masyarakat untuk melakukan perbandingan berita.
"Misal soal berita teroris kabur, atau ledakan di Palmerah. Masyarakat bisa melihat ke media yang lain, betul atau tidak. Berita-berita yang tidak akurat itu, cuma ada di sebagian media," terangnya.
Masyarakat juga boleh mempercayai informasi yang diterima dari media, bila berita yang disajikan merupakan kutipan dari sumber resmi seperti pejabat Kepolisian.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.