ICFP 2016 Jadi Tonggak Revitalisasi Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga
ICFP bisa menjadi ajang untuk memperkuat komitmen terhadap program KB
Penulis: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Pertemuan International Conference on Family Planning (ICFP) 2016 di Bali dinilai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berancana Nasional (BKKBN), Surya Chandra Surapaty momentum memperbaiki program kependudukan di Indonesia.
"ICFP 2016 menjadi tonggak pelaksanaan revitalisasi program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga," kata Surya Chandra Surapaty di Bali, Selasa (26/1/2016).
ICFP bisa menjadi ajang untuk memperkuat komitmen terhadap program KB.
"Serta bisa menjadi wahana saling bertukar informasi, pembelajaran dan pengetahuan tentang perkembangan teknologi bidang KB," katanya.
Konferensi ini memiliki nilai strategis tinggi karena diikuti lebih dari 4.337 peserta dari 144 negara.
"Ini merupakan konferensi ke-4 yang diadakan sebelumnya sejak tahun 2009 di Uganda, tahun 2011 di Senegal, dan tahun 2013 di Ethiopia," katanya.
Dari konferensi ini diharapkan adanya kesepakatan bersama dalam mendukung program KKB di seluruh dunia, dengan dukungan hibah dari lembaga donor internasional.
Forum ICFP 2016 juga memberikan penghargaan kepada para filantropi tingkat internasional atas dedikasi mereka yang tinggi di bidang KB.
Mereka adalah Patricia Sutanto, CEO perusahaan yang membantu memerangi penyakit TBC dan malaria,
Sir Christopher Horn dari Inggris yang mendukung peningkatan gizi anak dan kesehatan ibu.
Kemudian Faisal dan Arif Nafi dari Pakistan yang memberikan CSR perusahaannya bagi pengabdian masyarakat serta Datuk Sri Dr. Tahir, bankir filantropi yang mendukung pendidikan dan kesehatan anak.
Dalam konferensi yang berlangsung 4 hari ini, tanggal 25 sampai 28 Januari 2016, akan digelar berbagai sesi paparan oral maupun penyajian poster dari seluruh peserta.
Di samping itu juga ada beberapa sesi khusus mengenai Indonesia, termasuk bonus demografi.
Direktur Eksekutif UNFPA, Babatunde Osotimehin, menyatakan UNFPA sebagai badan PBB yang menangani isu kependudukan global sangat berkeinginan mendukung program KB.
"Utamanya di negara berkembang, termasuk Indonesia, terutama dalam kaitan pemanfaatan bonus demografi melalui pembangunan kualitas SDM," katanya.
Ia menyebut kualitas hidup bayi, anak dan anggota keluarga terjamin, ketika wanita memperoleh akses terhadap pelayanan kontrasepsi, sehingga dapat menentukan kapan, dan berapa banyak akan melahirkan anak.
"Sehingga setiap kehamilan itu diharapkan, dan setiap anak yang lahir akan terjamin perawatannya," katanya.
Presiden Pembangunan Global dari Bill and Melinda Gates foundation, Dr Christopher Elias, menyatakan komitmen yang tinggi dengan memberi bantuan 300 juta dolar AS.
Bantuan ini digunakan untuk membantu mencegah perempuan dan gadis muda dari kematian akibat hamil atau melahirkan pada usia terlalu muda, melalui penyediaan kontrasepsi.
"Pilihan kontrasepsi harus bervariasi sesuai kebutuhan dan pemenuhan hak asasi manusia," katanya.
Konferensi ini sedianya dilaksanakan bulan November 2015, namun mengalami penundaan, karena erupsi volkanik gunung Anak Rinjani di pulau Lombok yang bersebelahan dengan pulau Bali.