Terungkap, Hanya Wanita Ini yang Bisa Bikin Soeharto Minder dan Takut
Ketenangannya membuat banyak pejabat segan. Namun, wanita ini berhasil bikin Soeharti minder dan gamang.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden kedua Republik Indonesia Soeharto dikenal memiliki pembawaan yang tenang dan penuh wibawa.
Ketenangannya membuat banyak pejabat segan akan sosok mantan Panglima Kostrad itu.
Namun, ada satu momen yang membuat Soeharto minder dan gamang akan dirinya sendiri.
Itulah detik-detik menjelang Soeharto muda meminang seorang gadis bernama Siti Hartinah atau yang biasa disapa "Tien".
Soeharto saat itu baru berusia 26 tahun dan memiliki karir di militer yang cemerlang.
Bibinya, Ibu Prawiro gelisah karena Soeharto belum juga memiliki istri.
Presiden Soeharto menerima sungkem dari Ibu Tien Soeharto pada hari Idul Fitri 1 Syawal 1415 Hijriah, 3 Maret 1995/ISTIMEWA
Pria kelahiran Bantul, Yogyakarta, 8 Juni 1921 itu pun langsung menjawab bahwa dia masih ingin melakukan perjuangan.
Sang bibi protes.
Menurut dia, pernikahan tidak perlu terhalang oleh perjuangan. Ibu Prawiro lalu menyebutkan sebuah nama.
"Kamu masih ingat kepada Siti Hartinah, teman sekelas adikmu, Sulardi, waktu di Wonogiri?" tanya sang bibi seperti dikisahkan pada buku "Falsafah Cinta Sejati Ibu Tien dan Pak Harto".
Soeharto pun mengiyakan.
"Tetapi bagaimana bisa? Apa dia akan mau? Apa orang tuanya memberikan? Mereka orang ningrat. Ayahnya, Wedana, pegawai Mangkunegaran," jawab Soeharto ragu-ragu.
Namun, keraguan itu langsung ditepis Ibu Prawiro dan menyatakan dia mengenal keluarga Hartinah dan akan menjodohkan Soeharto dengan putri dari RM Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmati Hatmohoedojo itu.
Meski sudah mengenal Hartinah sejak SMP, keraguan Soeharto masih juga belum sirna.
Dia gamang karena takut lamarannya nanti ditolak lantaran dirinya yang hanya masyarakat biasa sementara Hartini berasal dari keluarga bangsawan.
Semua keraguan Soeharto akhirnya terjawab.
Ternyata, orang tua Hartinah tak memandang latar belakang dan langsung menyetujui lamaran dari seorang perwira muda ini.
Dari banyak lamaran yang diajukan kepada Hartinah, rupanya hanya Soeharto yang memikat hati perempuan kelahiran Surakarta, 23 Agustus 1923 itu.
Pernikahan pun dilangsungkan pada 26 Desember 1947 di Solo, sore hari.
Pernikahan disaksikan keluarga dan teman-teman Hartinah.
Cukup banyak jumlah tamu dari keluarga Soemoharjono yang datang.
Sementara Soeharto hanya datang bersama sepupunya, Sulardi dan kakaknya.
Resepsi dilakuan pada malam harinya, hanya diterangi lampu dan beberapa lilin yang redup.
Malam pertama mereka diwarnai dengan jam malam yang diterapkan karena khawatir adanya serangan Belanda.
Tak ada bulan madu bagi mereka karena tiga hari setelah pernikahan, Soeharto harus kembali ke Yogyakarta untuk berdinas. Mereka pun tinggal di Jalan Merbabu Nomor 2.
Seminggu setelah itu, Soeharto harus meninggalkan sang istri karena ditugaskan ke Ambarawa untuk menghadapi serangan Belanda dari Semarang.
Tiga bulan lamanya Soeharto meninggalkan istri tercintanya.
KOMPAS