Jokowi Undang Pegiat Media Sosial Makan Siang di Istana
Mereka berbagi cerita mengenai pertemuan bersama Presiden di Istana Kepresidenan yang dilakukan sambil makan siang.
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekitar pukul 13.30 WIB, sejumlah orang berpakaian batik keluar dari pintu pemeriksaan Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (2/2/2016).
Diantara orang berbaju batik itu terlihat sosok Adie MS pegiat seni, Ridwan Habib pengamat terorisme, Rudy Valinka pemilik akun twitter @kurawa, dan Ulin Yusron yang juga pegiat media sosial.
Mereka berbagi cerita mengenai pertemuan bersama Presiden di Istana Kepresidenan yang dilakukan sambil makan siang.
Adie MS bercerita bahwa Presiden Jokowi lebih berperan sebagai pendengar yang baik, menerima banyak masukan dari para pegiat media sosial yang diundang.
Misalnya, Presiden mendapatkan saran bahwa kicauannya di twitter masih terbilang kaku, sehingga tidak begitu menarik minat anak muda.
"Itu Pak, biar menarik anak-anak muda, tapi Pak Presiden jawab kalau aku kebanyakan tweet, nanti dianggap enggak kerja," ucap Adie.
Dalam pertemuan itu juga Presiden sempat menyinggung mengenai proyek kereta cepat.
Presiden memaklumi banyaknya cibiran dari masyarakat terkait proyek itu.
"Dulu di Jakarta, juga begitu banyak yang menentang, mau bikin MRT enggak jadi-jadi, tapi memulai itu yang susah, butuh keberanian," kata Rudi.
Perbincangan sambil makan siang itu berlanjut sampai cerita mengenai peristiwa serangan teror yang terjadi di bilangan Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Sepenggal cerita perbincangan di dalam dijelaskan oleh Ridwan Habib.
Presiden ceritakan alasan mengapa dirinya langsung memotong jadwal kunjungan di Cirebon untuk kembali ke Jakarta dan melihat langsung ke lokasi peristiwa teror.
"Bapak cerita bisa langsung ke TKP, untuk tunjukkan bahwa Indonesia bisa melawan teror. Tadi bapak sampaikan itu. Soal rasa bangga beliau dengan masyarakat Indonesia yang tidak takut teror," kata Habib.