Mengapa Setiap Tahun Diperingati Hari Bela Negara? Ini Penjelasannya
"Karena disiarkan melalui radio, akhirnya PBB mendengar tetap tegaknya Indonesia, mereka mengakui Indonesia dan menolak klaim Belanda."
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid menutup sosialisasi Empat Pilar dengan metode kebangsaan/bela negara yang diikuti Resimen Mahasiswa se-Provinsi DKI Jakarta di Hotel Aryaduta, Tangerang, Banten, Minggu (21/2/2016).
Acara sosialisasi Empat Pilar tersebut telah berlangsung selama tiga hari sejak 19 Februari 2016.
Dalam sambutannya Hidayat mengatakan, sosialisasi dengan metode Bela Negara memiliki makna yang sangat dalam. Karena Sosialisasi dengan metode Bela Negara memiliki hubungan dengan sejarah Indonesia, yaitu hari bela negara yang diperingati setiap 19 Desember.
"Peringatan Hari Bela negara yang dilakukan setiap 19 Desember, dilaksanakan untuk mengingat kembali diproklamirkannya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) oleh Mr Syafrudin Prawira Negara pada 19 Desember di Bukit Tinggi. Berdirinya PDRI yang disiarkan melalui radio, berhasil mematahkan klaim Belanda yang mengatakan bahwa Indonesia telah mati," kata Hidayat.
Hidayat menuturkan, anggapan tersebut disampaikan penjajah Belanda karena mereka berhasil menangkap dan memenjarakan para pemimpin Indonesia. Dan mampu menguasai Ibu Kota Indonesia, yang saat itu telah berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta.
"Karena disiarkan melalui radio, akhirnya PBB mendengar tetap tegaknya Indonesia, mereka mengakui Indonesia dan menolak klaim Belanda," tuturnya.
Apa yang dilakukan Mr Syafrudin kata Hidayat seharusnya diteladani para mahasiswa termasuk Menwa. Apalagi seperti mahasiswa, Syafrudin juga serang cendekiawan, beliau sosok pejuang yang cerdas dan berani mengambil risiko.
"Karena itu Sudah seharusnya bila para mahasiswa meniru dan meneruskan keberanian yang ditunjukkannya," ujarnya.