4 Pakar Berbagi Tips Amati Gerhana Matahari Total Yang Aman
Kerusakan pada retina akan dirasakan dalam bentuk penglihatan yang kabur selama beberapa jam sampai minggu.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Indonesia diprediksi akan kedatangan momen langka pada bulan Maret mendatang. Sebab Gerhana Matahari Total (GMT), sedikitnya melintasi 11 provinsi di Tanah Air.
Momen itu sangat langka. Bahkan bisa hanya sekali seumur hidup.
Tapi seberapa bahaya kah, bila masyarakat menapat fenomena itu dengan mata telanjang?
1. Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Andi Eka Sakya
Andi menjelaskan jika melihatnya pada saat fase GMT terjadi, maka melihat tidak berbahaya.
Namun Sebaliknya, akan menjadi sangat berbahaya jika seseorang melihat langsung saat baru gerhana sebagian. Apalagi melihatnya dalam durasi yang lama.
Karenanya, Andi mengimbau masyarakat menghindari melihat fase gerhana sebagian ini. Jangan melihat langsung ke arah waktu yang lama dalam fase ini.
fase itu menjadi bahaya karena paparan cahaya matahari dengan intensitas tinggi akan menembus mata dan merusak lapisan retina mata yang berisi syaraf sensitif.
Padahal, retina mata tidak memiliki sensor sakit, sehingga banyak orang cenderung mengabaikan dengan menatap langsung ke matahari dan tidak menyadari matanya sedang berada dalam keadaan bahaya.
Kerusakan pada retina akan dirasakan dalam bentuk penglihatan yang kabur selama beberapa jam sampai minggu.
Tak cuma itu, kerusakan mata secara permanen pun dapat terjadi. Bahkan sampai menyebabkan kebutaan.
Untuk itu, cara yang paling aman mengamati matahari saat proses gerhana dengan menggunakan kacamata yang dilengkapi filter khusus.
Sedangkan kaca mata hitam biasa, film foto, film rongten, bukanlah alat yang aman untuk melihat matahari.
Diimbau pula bila masyarakat yang hendak mengabadikan proses gerhana menjadi gerhana total, agar tidak melihat langsung pada view finder.
Kalau mau aman ambil gambar tapi kita lihatnya lewat layar pada kamera.
2. Dr Moedji Raharto, Pakar Astronomi ITB
Jangan melihat proses terjadinya Gerhana Matahari total dengan mata telanjang.
Jika itu dilakukan akan merusak dan mengganggu fungsi mata, bahkan bisa menyebabkan kebutaan.
Bagi masyarakat yang tidak menggunakan kacamata tidak terlalu memaksakan diri melihat dengan mata telanjang.
Karena sinar Matahari saat proses Gerhana Matahari total, kata dia, sangat berbahaya bagi mata.
Mata kita diberikan refleks untuk memejamkan saat merespon cahaya yang menyilaukan.
Gerhana ataupun tidak, katanya, cahaya Matahari sangat berbahaya jika ditatap oleh kedua mata dalam waktu lama.
Dosis kekuatan cahaya Matahari melebihi kapasitas retina mata.
Mata kita juga memiliki lensa apabila intensitas cahaya yang masuk ke mata terlalu besar, maka lensa mata bisa terbakar.
Karena energi yang dikonsentrasikan lensa menghasilkan panas. Sehingga jika memaksakan membuka mata lalu menatap Matahari terlalu lama, retina bisa jadi terbakar.
Seperti kaca pembesar yang bisa membakar kertas, jika dihadapkan dengan Matahari. Kita tidak merasa tahu‑tahu bisa jadi buta, apalagi ini momentum Gerhana Matahari total.
Mengingat dosis cahaya Matahari sangat kuat pada proses Gerhana Matahari total, maka tidak disarankan masyarakat melihatnya dengan mata telanjang. Terkecuali saat momentum Matahari tertutup total, masyarakat
Pada saat momentum Gerhana Matahari total, kita bakal menyaksikan korona yang indah, jika beruntung dapat melihat planet yang terang di sekeliling Matahari.
Tapi perlu diingat harus diketahui kapan momentum total tersebut. Jangan sampai kelewatan, mentang‑mentang masih bagus kita tak sadar Matahari kembali terbuka.
Karena itu masyarakat dapat menyaksikan fenomena tersebut di tempat‑tempat yang disediakan oleh pemerintah atau lembaga swasta yang tengah melakukan pengamatan atau penelitian.
Jika dilakukan hal tersebut dirasa lebih aman, karena tentu akan ada peringatan dari pihak‑pihak yang bersangkutan.
3. Dr Armanto Sidohutomo SpM, dokter spesialis mata
Hal senada juga disampaikan Dokter spesialis mata meminta agar masyarakat tak melihat langsung atau dengan matatelanjang proses Gerhana Matahari pada Rabu (9/3/2016) pagi.
Alasan hal tersebut tak boleh dilakukan karena proses gerhana matahari secara langsung sangat membahayakan mata.
Matahari yang dihalangi bulan akan memancarkan cahaya yang tajam ke arah mata.
Sama halnya kayak laser kalau diarahkan ke mata, tidak nyeri, tapi bisa mengakibatkan kerusakan makula.
Bahkan karena cahaya matahari terlalu kuat bisa membakar makula yang merupakan pusat penglihatan yang terletak pada retina mata.
Saat mata melihat fenomena berlangsungnya gerhana, mataakan bereaksi seperti melihat dalam kondisi gelap atau redup.
Kelopak mata membuka dan pupil melebar. Saat Bulan bergeser dan Matahari mendadak bersinar lagi, mata kita dalam kondisi pertahanan yang kurang.
Kalau tidak hati-hati, dapat menyebabkan Solar Retinopathy. "Karena cahaya matahari yang tidak tertutup bulan secara penuh menimbulkan risiko kebutaan yang tinggi,” ujar Direktur klinik mata Tritya ini.
Gejala yang dirasakan saat mokula ini mulai terbakar bisa dilihat dengan penglihatan yang menjadi buram, tidak bisa melihat warna dengan jelas dan Metamorhopsia, yaitu melihat garis lurus menjadi bengkok, melihat benda menjadi lebih besar/kecil.
Kalau memang sudah seperti itu bisa langsung ke dokter, tidak semua gejalanya menimbulkan sakit kepala.
Pada umumnya keluhan terjadi pada kedua mata. Pada sebagian besar kasus, tajam penglihatan dapat kembali normal dalam beberapa bulan, tetapi beberapa pasien mengalami kerusakan permanen tajam penglihatan dan skotoma yang menetap.
Oleh karena itu, menyaksikan gerhana matahari ada tipsnya. Gunakan alat yang dilengkapi filter ultraviolet menjelang dan sesaat sesudah gerhana matahari total.
4. Dr Delfitri Lutfi SpM, spesialis mata di RSUD Dr Soetomo
Hal senada diungkapkan spesialis mata di RSUD Dr Soetomo, dr Delfitri Lutfi SpM.
Ia menjelskan Pada gerhana total saat bulan total menutupi matahari dan keadaan gelap gulita memang tidak menimbulkan dampak yang berarti.
Sedangkan pada kondisi hanya sebagian besar (80 persen), terutama pada saat sinar matahari mulai muncul dan bulan bergeser, sinar matahari tersebut sangat kuat dan bisa mengganggu fungsi retina mata.
Nama medisnya Solar Retinopathy, gejalanya bisa segera atau dalam beberapa jam setelah paparan yaitu penglihatan kabur dan ada bagian yang gelap.
pencegahan merupakan hal yang sangat penting. Agar tidak melihat gerhana matahari langsung terutama pada gerhana yang tidak total.
Bisa memakai kacamata khusus yg disarankan dengan solar filter welder no 14 atau kalau di Indonesia yg lebih mudah dengan filter ND nomor 5.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.