Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Adrianus Garu: DPD RI Dukung Banten Bebas Buta Aksara

Pencanangan ini merupakan salah satu dari 38 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Penulis: Johnson Simanjuntak
zoom-in Adrianus Garu: DPD RI Dukung Banten Bebas Buta Aksara
TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA
ILUSTASI 

Melalui gerakan membaca, jumlah tersebut diharapkan akan berkurang seiring dengan kesadaran masyarakat untuk giat membaca.

Karenanya, Rano meminta SKPD terkait seperti Dinas Pendidikan dan Badan Arsip Daerah Provinsi Banten bersinergi untuk Banten lebih baik.

Selain itu, Rano Karno mengatakan bahwa Lebak selain merupakan daerah yang dikenal dunia memiliki masyarakat suku Baduy juga terdapat sejarah Eduard Doewes Dekker yang dikenal dengan nama Multatuli.

Hadirnya Eduard Douwes Dekker sebagai Asisten Residen Lebak di sebelah selatan Karesidenan Banten yang bertempat di Rangkasbitung pada Januari 1856.

Eduard melaksanakan tugasnya dengan cukup baik dan bertanggung jawab. Ia memerintah Lebak hanya empat bulan saja.

Namun, kegigihan dan keberanian seorang kolonial Belanda dengan menulis dan mengkhabarkan ke penjuru dunia dengan sewenang-wenangnya penindasan masyarakat Lebak yang dilakukan pemerintah itu.

Eduard menulisnya buku Max Havelaar 1860 dengan menemukan fakta bahwa kerja rodi yang dibebankan pada rakyat distrik telah melampaui batas.

Berita Rekomendasi

Bahkan menjumpai praktik-praktik pemerasan yang dilakukan oleh Bupati Lebak dan para pejabatnya dengan meminta hasil bumi dan ternak kepada rakyatnya.

Namun, sepuluh tahun ke depan buku itu dihapusnya. Hal itu bukti konkret keburukan dan kebobrokan pemerintah Hindia-Belanda.

Eduard berjuang dengan gagah yang dituangkan dalam karya sastra dengan dahsyat kekuatan literatur melalui penanya Multatuli.

"Saat ini, Multatuli diabadikan dengan Jalan Protokol di Rangkasbitung," katanya.

Menurut dia, kegigihan Eduard Douwes Dekker itu membawa inspirasi perubahan bagi bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan itu.

Karena itu, membaca sangat penting untuk melakukan perubahan-perubahan sehingga sadar betul gemar membaca dapat menambah pengetahuan.

Pendiri bangsa ini, seperti Bung Karno yang terkenal dengan kutu buku, bahkan seluruh waktu untuk digunakan membaca.

Selain itu juga Bung Hatta sangat mencintai membaca buku, bahkan dia dipenjarakan Belanda dengan membawa buku sebanyak 16 peti.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas