Fraksi PKS Sebut Pembangunan Perpustakaan Belum Tepat Saat Ini
Rencana Ketua DPR Ade Komarudin membangun perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara menimbulkan pro-kontra di masyarakat.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Gusti Sawabi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Rencana Ketua DPR Ade Komarudin membangun perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara menimbulkan pro-kontra di masyarakat.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini mengatakan, lepas dari rencana pembangunan fisiknya semangat pengembangan keilmuan di kalangan dewan layak diapresiasi.
"Sebelum bicara pembangunan fisik, pertama-tama Fraksi PKS mengapresiasi gagasannya dulu, yakni sebagai upaya mengembangkan tradisi keilmuan dan budaya baca di kalangan dewan sehingga kualitas kebijakan DPR akan semakin meningkat dengan berbasis pada data dan referensi yang kuat," kata Jazuli melalui pesan singkat, Minggu (3/4/2016).
Terkait dengan hal itu, Jazuli mengingatkan fokus utama DPR saat ini adalah peningkatan kinerja dan perbaikan kepercayaan publik, antara lain dengan meningkatkan produktifitas legislasi, pembelaan yang kuat pada kepentingan rakyat, memperbaiki citra terkait korupsi, etika, narkoba. Sementara dalam konteks pengawasan mendesak pemerintah untuk fokus bekerja tidak beretorika dan pencitraan, apalagi membuat kegaduhan di internal kabinet.
"Berkaca pada prioritas tersebut serta mengingat sutuasi dan kondisi ekonomi rakyat maka Fraksi PKS menilai belum tepat pembangunan perpustakaan saat ini. DPR bisa memaksimalkan perpustakaan yang ada," imbuhnya.
Anggota Komisi III DPR itu menuturkan, sejatinya seorang anggota DPR tepilih adalah orang yang memang sudah mempersiapkan diri secara komitmen, kompetensi, dan pengetahuan untuk mendesain kebijakan yang berkualitas.
"Wakil rakyat yang baik sadar penuh akan hal ini. Lalu dia terus mengembangkan diri, mau belajar dan membaca untuk memperkuat kapasitas dan kompetensinya," ujarnya
Namun Jazuli Juwaini sadar jika pemilu dan demokrasi Indonesia belum ideal dan tidak serta merta menghasilkan Aleg yang berkualitas, karena preferensinya lebih kuat pada popularitas dan kekuatan materi.
"Karena itu, ke depan rakyat juga harus memilih dengan cerdas, jangan memilih calon karena iming-iming uang/materi tapi tidak punya kemampuan intlektual dan kapasitas yang baik," katanya.