Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat: Fahri Hamzah Singa yang Mau Dijadikan Kucing oleh Partainya

‎Pengamat politik dari Indostrategi, Pangi Syarwi Chaniago menilai Fahri Hamzah sosok yang kontroversial

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Gusti Sawabi
zoom-in Pengamat: Fahri Hamzah Singa   yang Mau Dijadikan Kucing oleh Partainya
Tribunnews.com/ Ferdinand Waskita
Fahri Hamzah saat jumpa pers di Gedung DPR, Jakarta, Senin (4/4/2016). 

‎Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - ‎Pengamat politik dari Indostrategi, Pangi Syarwi Chaniago menilai Fahri Hamzah sosok yang kontroversial, di satu pihak banyak yang tidak menyukai gaya bicaranya yang blak-blakan. Namun di pihak lain banyak yang menyukai gaya khas Fahri.

"Harus diingat, Fahri Hamzah memiliki suara yang paling unggul dari Caleg PKS lainnya yakni 145.000 suara. Tidak berlebihan menyebutnya Singa PKS yang mau dijadikan kucing meong meong," kata Pangi melalui pesan singkatnya, Selasa (5/4/2016).

‎Pangi menuturkan, gaya bicara Fahri memang sesuai karakter asli masyarakat Indonesia Timur yang berani, keras, tanpa kompromi. Namun, keberanian tersebut ditaklukan realitas politik di internal partainya sendiri.

"Tidak ada alasan untuk mengubah gaya komunikasi Fahri yang cenderung memunculkan polemik dan kegaduhan. Pertanyaan yang menggelitik, sama sulitnya mengubah gaya komunikasi Ahok. Nggak bakal bisa. Apa bedanya (gaya bahasa Fahri) dengan Ahok?" tuturnya.

Masih kata Pangi, pemecatan Fahri sangat miris. Dipertanyakan apakah ada hal-hal yang betul betul prinsip dilabrak seorang Fahri Hamzah? "Fahri spektrum politik PKS, apakah dosa besar gaya komunikasi FH selama ini kurang disukai?" tanyanya.

Lebih lanjut, Pangi menilai Fahri pada prinsipnya ialah sosok yang bersih dan punya kapasitas. Banyak politisi yang ramah dan lemah lembut namun koruptor kelas kakap. Kalau dipecat karena gaya komunikasi dan tutur bahasanya yang tidak elok, berarti Keindonesian kita perlu dipertanyakan kembali. Bahkan keras dan berani melawan KPK, kalau ia salah melangkah sedikit saja, sudah ditangkap KPK. Termasuk lantang mendorong pansus Freeport di DPR.

Berita Rekomendasi

‎"Fahri dibutuhkan, sebagai singa podium PKS, agar PKS nggak kering dan hambar. Paling tidak Fahri bisa memanaskan mesin PKS. Kalau benar benar FH dibuang. Maka Fahri cocok di partai Demokrat dan Gerindra. Di partai tersebut ada ruang kemerdekaan berpendapat, kebebasan berdebat dan berselancar dengan kritik," paparnya.

Di era demokratisasi, sosok Fahri dibutuhkan sebagai penyimbang opini publik, tokoh otokritik dan yg keras dan apa adanya menyikapi fenomena sosial. Di demokrat iklim itu ada seperti Ruhut Sitompul yang bebas berselancar membentuk restrukturisasi opini publik.

PKS lanjut Pangi adalah partai yang sangat menuntut kepatuhan dan loyalitas tingkat tinggi terhadap jemaah, mentradisikan habit taken for granted (kebiasaan ngeh) hubungan antara jundi dan qiyadah adalah garis komando bukan putus putus. Sehingga tidak salah menyebut PKS sebagai partai oligarki dan feodal, orang seperti Fahri mati kutu dan mati gaya di PKS.

"Sementara FH aktivis yang lahir dari rahim reformasi yang habit-nya berdebat. Ruang berbeda pendapat celahnya sedikit sekali di PKS, konsep kepatuhan adalah fadilah penting dalam jemaah PKS. Ini menurut saya anti tesis dari sikap FH," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas