Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Anggota Densus Tendang Dada Siyono dengan Lutut

Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengakui bahwa ada anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror yang menendang bagian dada ter

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Anggota Densus Tendang Dada Siyono dengan Lutut
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas (kiri) bersama dua Komisioner Komnas HAM Siane Indriani (tengah) dan Hafid Abbas menjelaskan hasil autopsi jenazah terduga teroris asal Klaten, Siyono di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Senin (11/4/2016). Hasil autopsi diantaranya yaitu sebelumnya belum pernah dilakukan autopsi terhadap jenazah dan kematian Siyono disebabkan benda tumpul yang dibenturkan ke bagian rongga dada hingga membuat tulang dada patah ke arah jantung. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

KEPALA Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengakui bahwa ada anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror yang menendang bagian dada terduga teroris Siyono saat dalam penahanan.

Badrodin mengaku bahwa Siyono ditendang dengan menggunakan lutut oleh anggota Densus 88 saat melakukan penangkapan pada 10 Maret 2016 lalu.

Fakta tersebut terungkap setelah Badrodin melakukan pengecekan ulang kepada dua anggota Densus 88 yang saat itu terlibat perkelahian dengan Siyono. Ketika itu, Siyono disebut melawan.

"Setelah di-kroscek, anggota kami mengakui menendang dengan lutut mengenai dada," ujar Badrodin.

Sebelumnya, penyebab kematian menurut kepolisian karena ada pendarahan di otak, sedangkan dari hasil autopsi karena patahnya tulang rusuk yang mengenai jantung.

Badrodin menegaskan, peristiwa kematian terduga teroris Siyono berawal dari upaya Siyono yang mencoba kabur dari kawalan dua anggota Densus.

Siyono melakukan perlawanan dengan memukul, menendang, dan mencoba merebut senjata petugas.

Berita Rekomendasi

"Perkelahian tidak bisa dihindari. Akhirnya, Siyono bisa dilumpuhkan. Persoalannya begitu dibawa ke RS Bhayangkara di Yogya, Siyono sudah meninggal," ucap Badrodin.

Sebelumnya, Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokkes) Polri Brigjen (Pol) Arthur Tampi menjelaskan soal meninggalnya Siyono.

Menurut Arthur, Pusdokkes telah melakukan visum terhadap Siyono pada 11 Maret 2016 lalu. Dari hasil visum ditemukan pendarahan di belakang kepala yang menyebabkan tewasnya Siyono.

"Penyebab kematian adalah terjadi pendarahan di belakang kepala akibat benturan benda tumpul," ujar Arthur.

Sementara itu, Senin (11/4/2016), PP Muhammadiyah bersama tim forensik dan Komnas HAM mengumumkan hasil autopsi di Kantor Komnas HAM.

Komisioner Komnas HAM Siane Indriani mengatakan, kematian Siyono diakibatkan benda tumpul yang dibenturkan ke bagian rongga dada.

"Ada patah tulang iga bagian kiri, ada lima ke bagian dalam. Luka patah sebelah kanan ada satu, keluar," ujar Siane.

Menurut Siane, tulang dada Siyono juga dalam kondisi patah dan ke arah jantung. Luka itu yang menyebabkan kematian fatal dan disebut sebagai titik kematian Siyono.

Ia pun mengungkapkan ada luka di bagian kepala dan disebabkan oleh benturan.

Namun, hal tersebut bukan menjadi penyebab utama kematian dan tidak menimbulkan pendarahan yang terlalu hebat.

Dari semua rangkaian hasil autopsi, kata Siane, tidak terdapat adanya perlawanan berdasarkan luka-luka yang diteliti.

"Tidak ada perlawanan dari Siyono. Tidak ada luka defensif," ujarnya. (kps/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas