Islam Moderat jadi Solusi Peradaban Dunia
Rais Amm PBNU, KH. Maruf Amin menyerukan dakwah islam moderat kepada ulama dunia
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Rais Amm PBNU, KH. Maruf Amin menyerukan dakwah islam moderat kepada ulama dunia. Hal ini ia sampaikan dalam pembukaan International Summit of The Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) di Jakarta Convention Center, Senin (9/5/2016).
Acara ini berlangsung selama 9-10 Mei. Diharapkan, mampu menjadi isnpirasi bagi dunia sebagaimana tema yang diangkat, kan Islam Nusantara: Inspirasi dan Solusi untuk Peradaban Dunia, Kesatuan Agama dan Nasionalisme.
"Kelompok garis keras yang kaku dan sangat tekstualis. Abai pada Maqashid AsSyariah. Membawa umat pada kesulitan dan menampilkan Islam dengan wajah yang garang, ujar Kiai Maruf.
Dikatakan, berbeda kutub dengan kelompok ekstrim tersebut, menurutnya, ada kelompok yang menggampangkan semua aturan agama, seakan tidak ada ketetapan dalam Islam, semua ajaran agama dapat di tinjau ulang.
"Mereka ini yang terlalu silau dengan barat hingga melupakan Alquran dan as Sunah yang merupakan pegangan utama bagai umat islam," katanya.
Ia menyesalkan eksistensi kedua kelompok ekstrimis tersebut. Kini, lebih menonjol, berkat dukungan media sosial yang mempersempit jarak dan memudahkan publikasi.
Kiai Maruf kemudian mengajak para peserta ISOMIL untuk menyerukan dakwah Islam moderat yang berdiri diantara dua kelompok ini.
Sementara KH. Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU, menyatakan bahwa agama dan nasionalisme merupakan dua faktor kunci yang menjaga eksistensi bangsa Indonesia serta memelihara kesinambungan peradaban bangsa.
"Kesatuan antara agama dan nasionalisme di Indonesia telah menjadi perhatian bangsa asing yang ingin memecah bangsa Indonesia sejak dahulu," ujarnya.
"Kita masih ingat, kaum penjajah melakukan berbagai upaya untuk memisahkan antara Islam dan nasionalisme," katanya lagi.
"Dan hal ini ingin dilakukan lagi oleh pihak-pihak yang tidak mau melihat bangsa kita kuat dan maju," tambah Kang Said.
Kiai Said Aqil juga mengajak peserta ISOMIL untuk meneladani pemikiran Hadratussyaikh Hasyim Asyari dalam memahami kaitan antara agama dan nasionalisme.
Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) tersebut menganggap kesatuan antara agama dan nasionalisme merupakan satu fondasi kokoh.
Menghadapi berbagai macam tantangan bangsa seperti kebodohan, keterbelakangan dan ancaman perpecahan bangsa.
Kiai Said Aqil menyitir salah satu pernyataan Hadratussayikh Hasyim Asyari yang berbunyi, menegakkan agama dan nasionalisme merupakan salah satu kewajiban bagi mereka yang merasa mempunyai iman, beliau membuat satu ungkapan hubbul wathan minal iiman yang berarti cinta tanah air merupakan bagian dari iman”.
"Apabila pemahaman bahwa agama dan nasionalisme merupakan satu hal yang tidak bisa dipisahkan sudah mengakar dalam suatu bangsa, maka tidak akan ada perang maupun kekerasan atas nama apapun," pungkasnya.