Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kemenlu Tak Mau 'Kecolongan' Lagi Pemulangan Sandera Diserobot Media

jangan sampai terjadi lagi seperti yang sebelumnya.

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Kemenlu Tak Mau 'Kecolongan' Lagi Pemulangan Sandera Diserobot Media
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi (keempat kanan) bersama anak buah kapal (ABK) yang sempat disandera kelompok Abu Sayyaf menghadiri upacara serah terima kepada keluarga di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (2/5/2016). 10 ABK warga Indonesia dibebaskan dari sandera yang dilakukan oleh kelompok militan Abu Sayyaf pada Minggu (1/5/2016) langsung diterbangkan ke Indonesia dan selanjutnya diserah terimakan kepada pihak keluarga. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemulangan empat WNI korban kelompok Abu Sayyaf dari Filipina pada Kamis (12/5/2016) ini dilakukan dengan kapal militer di perbatasan Filipina-Indonesia dan selanjutnya dibawa dengan pesawat ke Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Skema ini berbeda dengan pemulangan 10 WNI korban Abu Sayyaf pada sebelumnya, pada 1 Mei 2016 lalu.

Mereka dibawa menggunakan pesawat milik Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, dari Zamboanga Filipina ke Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Saat itu, ada wartawan stasiun televisi terkait melakukan wawancara ke para korban di dalam pesawat.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha C Nasir mengatakan, seharusnya wawancara tersebut tidak boleh dilakukan karena tidak sesuai Standart of Operation Procedure (SOP) pihaknya. Dan Kemenlu tak ingin 'kekacauan' itu terjadi lagi.

"Jadi, jangan sampai terjadi lagi seperti yang sebelumnya. Saat itu kan kacau. Wawancara di pesawat itu tidak boleh. Karena SOP-nya, seharusnya mereka dilakukan pemeriksaan oleh dokter untuk memastikan kesehatan fisik dan psikis mereka. Sebab, di Filipina baru pemeriksaan fisik saja," ujar Arrmanatha saat dihubungi.

Menurut Arrmanatha, pemulangan WNI korban penyanderaan Abu Sayyaf merupakan tanggung jawab dan kerjasama pemerintah kedua negara.

Berita Rekomendasi

Sejumlah SOP harus dilalui sebelum WNI tersebut diserahterimakan dari pemerintah RI ke keluarga.

SOP tersebut di antaranya pemeriksaan kesehatan fisik dan psikis ke para korban hingga diserahterimakan ke pihak keluarga.

"Setelah dilakukan pemeriksaan dan istirahat di sini dan diserahkan ke keluarga, baru bisa diwawancara media," ujarnya.

Menurutnya, setelah melakukan perjalanan laut dan udara hingga tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, keempat WNI akan dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan fisik dan psikis serta pemulihan atau istirahat.

Setelah itu, serah terima keempat WNI dari pemerintah ke keluarga akan dilakukan di kantor Kemenlu RI.

Diberitakan, empat WNI berhasil dibebaskan dari kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina pada Selasa (10/5/2016) waktu setempat.

Mereka adalah ABK TB Henry yang diculik oleh kelompok Abu Sayyaf di laut sejak 15 April 2016.

Presiden Jokowi menyatakan pembebasan para korban hasil kerjasama pemerintah kedua negara dan tanpa uang tebusan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas