Kemenlu Tak Mau 'Kecolongan' Lagi Pemulangan Sandera Diserobot Media
jangan sampai terjadi lagi seperti yang sebelumnya.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemulangan empat WNI korban kelompok Abu Sayyaf dari Filipina pada Kamis (12/5/2016) ini dilakukan dengan kapal militer di perbatasan Filipina-Indonesia dan selanjutnya dibawa dengan pesawat ke Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Skema ini berbeda dengan pemulangan 10 WNI korban Abu Sayyaf pada sebelumnya, pada 1 Mei 2016 lalu.
Mereka dibawa menggunakan pesawat milik Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, dari Zamboanga Filipina ke Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Saat itu, ada wartawan stasiun televisi terkait melakukan wawancara ke para korban di dalam pesawat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha C Nasir mengatakan, seharusnya wawancara tersebut tidak boleh dilakukan karena tidak sesuai Standart of Operation Procedure (SOP) pihaknya. Dan Kemenlu tak ingin 'kekacauan' itu terjadi lagi.
"Jadi, jangan sampai terjadi lagi seperti yang sebelumnya. Saat itu kan kacau. Wawancara di pesawat itu tidak boleh. Karena SOP-nya, seharusnya mereka dilakukan pemeriksaan oleh dokter untuk memastikan kesehatan fisik dan psikis mereka. Sebab, di Filipina baru pemeriksaan fisik saja," ujar Arrmanatha saat dihubungi.
Menurut Arrmanatha, pemulangan WNI korban penyanderaan Abu Sayyaf merupakan tanggung jawab dan kerjasama pemerintah kedua negara.
Sejumlah SOP harus dilalui sebelum WNI tersebut diserahterimakan dari pemerintah RI ke keluarga.
SOP tersebut di antaranya pemeriksaan kesehatan fisik dan psikis ke para korban hingga diserahterimakan ke pihak keluarga.
"Setelah dilakukan pemeriksaan dan istirahat di sini dan diserahkan ke keluarga, baru bisa diwawancara media," ujarnya.
Menurutnya, setelah melakukan perjalanan laut dan udara hingga tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, keempat WNI akan dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan fisik dan psikis serta pemulihan atau istirahat.
Setelah itu, serah terima keempat WNI dari pemerintah ke keluarga akan dilakukan di kantor Kemenlu RI.
Diberitakan, empat WNI berhasil dibebaskan dari kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina pada Selasa (10/5/2016) waktu setempat.
Mereka adalah ABK TB Henry yang diculik oleh kelompok Abu Sayyaf di laut sejak 15 April 2016.
Presiden Jokowi menyatakan pembebasan para korban hasil kerjasama pemerintah kedua negara dan tanpa uang tebusan.