Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bung Karno dan Pancasila Ibarat Dua Sisi dari Sekeping Mata Uang yang Sama

Satu Juni sebuah langkah yang baik, realistis dan patut diacungi jempol.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Bung Karno dan Pancasila Ibarat Dua Sisi dari Sekeping Mata Uang yang Sama
Ist/Tribunnews.com
Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal MPR, Ma’roef Cahyono mengatakan penggemar literasi yang telah banyak menulis dan mengedit buku-buku nonfiksi bertema sosial dan hukum, memastikan salah satu rangkaian acara memperingati Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 yang kali ini dilaksanakan di kota Bandung diawali dengan agenda Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat.

Hal itu juga disampaikannya dengan tegas ketika bertemu dengan jajaran Pemerintah Kota Bandung yang dipimpin walikota populer, Ridwan Kamil, beberapa waktu lalu.

“Bicara Buku ini patut diselenggarakan karena mempunyai banyak sisi kualitatif. Kegiatan ini dilaksanakan bukan sekedar rutin dilaksanakan tetapi kegiatan yang benar-benar berusaha berorientasi pada output,” tegas Ma’roef Cahyono, disela-sela persiapan Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat, Minggu (29/5/2016).

“Ini tradisi yang sangat bagus dan baik untuk diteruskan. Sebab, ketika institusi resmi sebesar MPR dan DPR menengok dan memperhatikan perguruan tinggi dengan publikasi-publikasi aslinya yang relevan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara diberi tempat untuk dibahas dalam tataran nasional , terbuka dan implementatif maka perguruan tinggi benar-benar berpotensi mendorong kinerja wakil rakyat secara kualitatif,” jelas Humas Unpar, Roni Surbakti.

Senada dengan itu Afrizal Sinaro, Sekretaris Umum Gerakan Ayo Membaca Indonesia berpendapat keterlibatan sekolah dan perguruan tinggi melalui bicara buku di dalam memperingati Pidato Bung Karno, 1 Juni sebuah langkah yang baik, realistis dan patut diacungi jempol . “Ini perlu diteruskan sebagai tradisi,” tegasnya.

“Membaca, Berdiskusi dan Menulis itu berkaitan. Ketika publik membaca, penulis menulis dan bisa mendiskusikan bacaan yang dibacanya dengan para wakil rakyatnya, dengan orang yang tepat, ini menunjukan kepedulian yang sangat dasar dari institusi strategis seperti MPR/DPR terhadap kerja perguruan tinggi sehingga keduanya bisa saling memacu kualitas yang akan menguntungkan bagi perkembangan bangsa dan negara ke depan,” tambah Afrizal Sinaro, yang juga peneliti pada Indonesia Bermutu.

Ada pun buku-buku yang dibahas pada hari Senin, besok, tanggal 30 Mei 2016 terbuka untuk umum akan berlangsung dari pagi hingga sore hari di Gedung Merdeka, Bandung mempunyai relevansi dengan isi Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 secara akademik, implementatif mau pun filosofis. Diawali dengan bahasan tentang Pancasila Kekuatan Pembebas dan dilanjutkan dengan bahasan bertema Memaknai dan Memahami Pancasila.

Berita Rekomendasi

Pancasila Kekuatan Pembebas merupakan hasil kajian dari Pusat Studi Kajian Pancasila Universitas Katholik Parahyangan (Unpar). Keempat staff pengajar Universitas Parahyangan yang menjadi motor dari Pusat Studi Kajian Pancasila akan hadir sebagai pembahas dan pembicara. Para pembahas dan pembicara akan berdiskusi panjang lebar dengan Anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Barat.

Sylvester Kanisisus Laku, staff pengajar Unpar, menjelaskan bahwa buku bahasan berjudul Pancasila Kekuatan Pembebas terdiri atas 8 pokok bahasan. Bab I memaparkan justifikasi dasar negara Republik Indonesia (RI) tersebut, baik dari aspek yuridis (hukum), filosofis (makna), historis (sejarah), maupun kultural (budaya). Lantas, bab II menziarahi dinamika sejarah Pancasila, yakni sejak periode (29 Mei 1945-17 Mei 1945), (18 Agustus 1945-26 Desember 1949), Orde Baru (Orba) hingga era reformasi. Pada bab III, IV, V, VI, VII berturut-turut fokus mengkaji filosofi kelima sila Pancasila. Bagian penutup, bab VIII mengkontekstualiasikannya dengan isu terkini.

“Bung Karno dan Pancasila ibarat 2 sisi dari sekeping mata uang yang sama. Presiden I RI tersebut merupakan “penemu” 5 mutiara tersebut. Buku ini juga menyuguhkan kerendah-hatian Ir. Soekarno tatkala menerima gelar Doktor Honoris Causa di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, “Oleh karena saya, dalam hal Pancasila itu, sekadar menjadi “perumus” dari pada perasaaan-perasaan yang telah lama terkandung bisu dalam kalbu rakyat Indonesia, sekadar menjadi “pengutara” dari pada keinginan-keinginan dan jiwa bangsa Indonesia turun-temurun…saya menganggap Pancasila itu corak karakternya bangsa Indonesia (halaman 24),  “ ujar Sylvester Kanisius Laku yang ikut menulis buku ini.

Pada sesi kedua akan dibahas Memahami dan Memaknai Pancasila bersama para staff pengajar dari Universitas Pendidikan Indonesia. Para pembicara dan pembahas diantaranya adalah Dekan Fakultas Ilmu Sosial Prof. Karim Suryadi, seorang guru besar di bidang komunikasi politik, yang dengan tegas mempunyai sikap bahwa mahasiswa adalah konstituen terpenting. Juga ada Dr Elly Malihah,   wakil dekan dan staff pengajar yang menulis beberapa buku diantaranya Pancasila untuk Perguruan Tinggi yang diterbitkan kelompok Gramedia.

Dicky Munaf salah seorang penulis buku Memahami dan Memaknai Pancasila berpendapat Pancasila merupakan pribadi bangsa yang seharusnya tecermin dalam mental dan perilaku anak bangsa maupun para pemimpin dan negarawan Indonesia. Tetapi pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara masih jauh dari harapan. Korupsi yang merajalela, meningkatnya kasus narkoba, dan banyaknya tindakan asusila, merupakan bukti bahwa napas dan gerak manusia Indonesia belum sejalan dengan norma fundamental bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.

Pendidikan formal yang berperan penting untuk menciptakan generasi penerus yang Pancasilais, kata Dicky Munaf, hanya mengajarkan Pancasila sebatas sejarah lahirnya Pancasila serta perilaku baik dan buruk (moral). Pancasila yang terdiri atas lima sila memang mudah untuk dihafalkan, tetapi kemudian muncul pertanyaan: bagaimana mengkonkretkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia? Buku ini menguraikan bagaimana memahami dan memaknai kembali Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara agar nilai-nilai luhur bangsa dapat diaktualisasikan dan tecermin dalam perilaku setiap manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, bermoral, serta taat dan patuh terhadap aturan yang telah disepakati.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas