Mengintip Peluang Delapan Kandidat Calon Kapolri
Menurut Pengamat Kepolisian, Hermawan Sulistyo masing-masing calon memiliki peluang yang sama untuk menjadi Kapolri.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setidaknya ada delapan sampai sembilan nama jenderal bintang tiga yang masuk dalam bursa pencalonan kapolri, menggantikan posisi Jenderal Polisi Badrodin Haiti yang akan pensiun.
Menurut Pengamat Kepolisian, Hermawan Sulistyo masing-masing calon memiliki peluang yang sama untuk menjadi Kapolri. Meski begitu mereka juga tidak luput dari kekurangan.
Beberapa jenderal bintang tiga dijabarkan oleh Hermawan soal peluangnya dan apa kekurangannya masing-masing dari mereka.
"Kalau Kalemdikpol, Komjen Syafruddin dalam beberapa kali pertemuan di internal Polri dia selalu bilang, saya mimpi jadi bintang tiga saja tidak pernah. Saya menolak jadi Kapolri," ucap Hermawan, Sabtu (11/6/2016).
Kemudian Kabaharkam, Komjen Putut Eko Bayuseno dipetakan oleh Hermawan dari segi politis tidak lagi mumpuni karena Putut adalah mantan ajudan Presiden SBY, dimana kini SBY tidal lagi dalam arena utama pemerintahan.
Ada pula nama Kepala BNN, Komjen Budi Waseso atau Buwas yang namanya kian naik daun.
Dibeberkan Hermawan prestasi Buwas yang paling berhasil ialah dalam pemberantasan korupsi sewaktu Buwas masih menjadi Kabareskrim.
"Catatan prestasi Buwas itu di pemberantasan korupsi. Direktorat Tipikor Bareskrim pencapaiannya jauh di atas KPK. Buwas banyak mengembalikan uang negara padahal dananya tidak ada setengah dari anggaran KPK. Ini publik tidak tahu karena tidak dipublikasi," bebernya.
Selanjutnya Kabaintelkam, Komjen Noer Ali yang dari segi usia sudah tereliminasi. Mengapa? Karena pada Oktober nanti mantan Kapolda Jawa Tengah ini akan segera pensiun sehingga tidak mungkin terpilih menjadi Kapolri.
Sedangkan Irwasum, Komjen Dwi Priyatno dijelaskan Hermawan angkatannya sama dengan Badrodin, Akpol 82 dan satu tahun lagi pensiun.
"Pak Dwi hampir tidak mungkin karena setahun lagi pensiun. Dan tidak ada dalam sejarah satu angkatan ada dua kali Kapolri," tegasnya.
Berikutnya, Kepala BNPT Komjen Tito Karnavian dimana angkatan Akpolnya paling muda yakni 87. Namun dari segi angkatan sangat tidak mungkin apabila Tito menjadi Kapolri karena dia akan melangkahi atasan-atasan seniornya.
"Pak Tito ini disukai para senior dan banyak orang, tapi apa mungkin Kapolri yang sekarang melompati lima angkatan di atasnya?" tutur Hermawan.
Hermawan menambahkan nama Komjen Suhardi Alius tidak bisa dilupakan meski kini bertugas di Lemhanas karena Suhardi masih berpeluang. Apalagi Suhardi adalah mantan Kabareskrim.
"Ada Pak Suhardi yang sekarang di Lemhanas, kemarin sempat terlempar dari Kabareskrim dan dia dianggap punya cacat politis sewaktu kasus Obor Rakyat. Dia bilang ke saya, sudah tenang di Lemhanas bisa berpikir dan berbuat banyak," kata Hermawan yang juga Profesor Riset Bidang Perkembangan Politik LIPI, pengajar di PTIK dan Universitas Bhayangkara.