Khotbah Salat Id di Istiqlal Singgung Bom Bunuh Diri
Lalu, kata Nasaruddin, atas nama kebebasan beragama aliran menyimpang ditolerir.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Khotbah Idul Fitri 1437 Hijiriah di Masjid Istiqlal disampaikan Profesor Nasaruddin Umar.
Nasaruddin merupakan Imam Besar Masjid Istiqlal.
Nasaruddin mengambil tema 'Mempersiapkan Generasi Qur'ani dalam khutbah 1 Syawal 1437 H, Rabu (6/5/2017).
Ia mengatakan generasi Qurani mengalami tantangan dimana nilai-nilai Qura digoyang gelombang tsunami budaya global.
"Arus globalisasi itu masuk melalui media informasi yang sepertinya tak dapat lagi dibendung. Bahkan daya serap masyarakat terhadap nilai budaya global lebih cepat dibanding budaya lokal atau agama," kata Nasaruddin.
Ia mencontohkan perubahan gaya hidup yang semakin cepat akibat teknologi informasi.
Budaya silaturahim yang biasanya melalui tatap muka kini digantikan media sosial seperti whatsapp, facebook dan twitter.
"Bahkan yang lebih memprihatinkan nilai benar atau salah yang selama ini menjadi otoritas agama atau nilai luhur budaya bangsa, kini cenderung digeser oleh pertimbangan pragmatisme dan kepentingan hidup sesaat," kata Nasaruddin.
Ia mencontohkan atas nama reformasi, karakter dan indentitas bangsa dikabutkan.
Atas nama demokrasi kesantunan publik ditabrak.
Atas nama kesantunan aib orang dibongkar.
Atas nama transparansi rahasia negara dibocorkan.
Atas nama pemberantasan korupsi, fitnah merajalela.
Lalu, kata Nasaruddin, atas nama kebebasan beragama aliran menyimpang ditolerir.
Atas nama kebebasan akademik, guru, dosen dan ulama dimaki-maki.
Atas nama HAM, homoseksualitas dan lesbi dihalalkan.
"Atas nama kepastian hukum, norma adat istiadat disingkirkan. Atas nama dalil agama, bom bunuh diri dihalalkan. Atas nama mahzab orang lain dikafirkan. Atas nama agama pemerintah dimakzulkan. Atas nama pemurnian agama kearifan lokal dibidahkan," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.