Bambang Nilai Tewasnya Santoso Bukti Kerja Keras Duet Tito-BG
apolri Jenderal Tito Karnavian sudah memastikan bahwa Operasi Tinombal akan dilanjutkan untuk mengeliminasi para pengikut Santoso yang masih sembunyi.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM. JAKARTA - Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo menilai tewasnya Santoso alias Abu Wardah dan Basri merupakan buah dari kerja keras duet Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Wakapolri Komjen Budi Gunawan (Tito-BG) sebagai petinggi Polri yang baru dan kerjasama yang baik dengan TNI.
Bambang mengatakan kematian Santoso merupakan pesan sekaligus bukti kepada komunitas internasional tentang konsistensi Indonesia mengeliminasi jaringan teroris di dalam negeri.
"Apresiasi tinggi layak bagi Satgas Tinombala gabungan Tentara Nasional Indonesia - Kepolisian RI. Siang-malam prajurit TNI dan Polri memburu Santoso dan anggota MIT (Mujahidin Indonesia Timur) lainnya di medan berat di Pegunungan Biru di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah," kata Bambang melalui pesan singkat, Selasa (19/7/2016).
Menurut Bambang, keberhasilan menyergap dan menewaskan Santoso mencerminkan kerja keras Polri dan TNI. Sebab, perburuan Santoso dan kelompoknya sudah berlangsung sejak lama. Perburuan besar-besar dimulai dengan menerjunkan pasukan dalam Operasi Camar Maleo sejak 2015.
Tidak hanya satu kali, kata Politikus Golkar itu, Operasi Camar Maleo bahkan berlangsung sampai operasi ke IV. Operasi perburuan itu dilanjutkan dengan mengganti sandi operasi menjadi Operasi Tinombala yang menggabung kekuatan prajurit TNI dan Polri.
"Tidak hanya mencerminkan kerja keras, semua proses dan tahapan itu menunjukan konsistensi Indonesia dalam memerangi jarongan teroris di dalam negeri," ujarnya.
Bahkan, lanjutnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian sudah memastikan bahwa Operasi Tinombal akan dilanjutkan untuk mengeliminasi para pengikut Santoso yang masih bersembunyi hutan.
Ia mengungkapkan kematian Santoso juga akan mengganjal rencana ISIS membangun basisnya di Asia Tenggara.
"Seperti diketahui, setelah menyatakan bergabung dengan ISIS, Santoso ingin menjadi kawasan hutan di Poso sebagai pusat latihan milisi bagi simpatisan ISIS. Kematian Santoso dan Basri setidaknya akan menghambat upaya ISIS membangun basis kekuatannya di Asia Tenggara," ungkapnya.