Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bambang Soesatyo: Jadi Skandal Besar Kalau Pengakuan Freddy Budiman Benar

"Ini jadi skandal besar bila memang benar. Tapi kan kita gak bisa meminta konfirmasi kepada Freddy karena telah dieksekusi semalam,"

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Bambang Soesatyo: Jadi Skandal Besar Kalau Pengakuan Freddy Budiman Benar
TRIBUNNEWS/TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN
Bambang Soesatyo. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi III DPR akan mendalami pengakuan Freddy Budiman yang disampaikan Koordinator KontraS Haris Azhar.

Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengatakan pendalaman tersebut melalui Panja Penegakan Hukum Komisi III DPR RI.

"Panja Penegakan Hukum Komisi III DPR RI akan mendalami pengakuan Freddy Budiman tersebut sebagaimana yang ditulis Haris," kata Bambang ketika dihubungi wartawan, Jumat (29/7/2016).

Politikus Golkar itu juga akan mencoba mendalami informasi melalui pengacara dan kepala Lapas Nusakambangan, Sitinjak.

"Karena mereka lah sumber informasi yang membenarkan pengakuan Freddy, termasuk kita akan tanyakan ke Mahkamah Agung soal pledoi Freddy," katanya.

Bambang juga meminta Kepala BNN Budi Waseso memperhatikan pengakuan Freddy Budiman sebagaimana ditulis Haris Azhar.

Berita Rekomendasi

"Ini jadi skandal besar bila memang benar. Tapi kan kita gak bisa meminta konfirmasi kepada Freddy karena telah dieksekusi semalam, apakah hanya karangan semata dari Haris atau tidak. Ini harus menjadi perhatian serius bagi Kepala BNN," kata Bambang.

Sebelumnya diberitakan, Koordinator KontraS, Haris Azhar dalam pesan singkatnya menceritakan bagaimana tereksekusi mati, Freddy Budiman pernah mengungkapkan dirinya memberi sejumlah uang kepada BNN sebagai 'Uang Setor' bisnis narkobanya.

"Dalam hitungan saya selama beberapa tahun kerja menyeludupkan narkoba, saya sudah memberi uang Rp450 Miliar ke BNN. Saya sudah kasih Rp 90 Milyar ke pejabat tertentu di Mabes Polri," ujar Freddy kepada Haris sebelum dieksekusi.

"Bahkan saya menggunakan fasilitas mobil TNI bintang dua, di mana si jendral duduk di samping saya ketika saya menyetir mobil tersebut dari Medan sampai Jakarta dengan kondisi di bagian belakang penuh barang narkoba. Perjalanan saya aman tanpa gangguan apapun.” cerita Haris, Jakarta, Jumat (29/7/2016).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas