Kisah Haris Azhar Bisa Jadi Teman Curhat Freddy Budiman tentang Sisi Gelap Bisnis Narkobanya
Koordinator KontraS Haris Azhar buka-buka tentang pertemuannya dengan terpidana mati Freddy Budiman yang mengaku setor ke oknum BNN dan Polri
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Yulis Sulistyawan
Haris mengaku mengobrol dengan Freddy di ruangan itu hampir dua jam pada sata hari menjelang siang kala itu. Saat itu, Freddy mengaku hendak mengungkapkan tentang apa yang dialaminya.
"Saya juga kaget ternyata di ruangan itu dipertemukan dengan Freddy Budiman dan Jhon Kei," jelasnya.
Menurut Haris, Freddy mengawali pertemuan dengan pernyataan, "Pak Haris, saya bukan orang yang takut mati. Saya siap menerima risiko dihukum mati karena kejahatan saya. Saya juga kecewa dengan para pejabat dan penegak hukumnya. Karena ini yang dihukum turut serta dengan saya justru si sopir kontainer atau prajurit TNI anggota bawah." (tribunnews/abdul qodir)
Selanjutnya, lanjut Haris, Freddy mengungkapkan bahwa sebenarnya dirinya bukan bandar atau gembong narkoba, melainkan sebatas operator penyelundupan narkoba skala besar dengan bos di China atau Tiongkok.
Berikutnya, Freddy menceritakan modus operasi dirinya bisa menyelundupkan narkoba skala besar asal China.
"Kalau saya mau bawa barang yang besar, yang banyak, itu harus diatur. Saya telepon polisi, Bea Cukai dan BNN. Mereka semua yang menitip harga (beli narkoba)," kata Haris mengulangi pengakuan Freddy.
"Semua saya OK-kan. Kenapa saya OK-in. Karena harganya barang keluar dari pabrik hanya Rp 5 ribu. Dan saya tetap bisa jual Rp 200 sampai Rp 300 ribu. Jadi, selalu saya Ok-kan," sambungnya.
Freddy bercerita bisa mengendalikan penyelundupan narkoba dari dalam lapas. Namun, para polisi juga bermain dengan dua kaki. Meski sudah deal menitip harga, terkadang mereka menangkapnya dan menyita narkoba dari luar negeri tersebut. Namun, setelah dicek oleh informan Freddy, justru narkoba yang menjadi barang sitaan polisi itu telah beredar di lapangan.
Menurut Haris, Freddy bisa mengetahui hal itu karena menurutnya setiap produk narkoba pabrik tertentu mempunyai ciri bentuk, warna dan rasa berbeda.
Selanjutnya, Freddy membeberkan dirinya telah menyetor uang Rp490 miliar ke BNN dan Rp90 miliar ke pejabat Mabes Polri selama beberapa tahun dirinya berbisnis menyelundupka narkoba.
"Bahkan, saya menggunakan fasilitas mobil TNI bintang dua, di mana si Jenderal duduk di samping saya ketika saya menyetir mobil terseburt dari Medan sampai ke Jakarta, dengan kondisi di bagian belakang penuh barang narkoba. Perjalanan saya aman tanpa gangguan apapun," ucap Haris mengulangi pengakuan Freddy.
Menurut Haris, dirinya telah berusaha mencari kebenaran atas pengakuan yang disampaikan oleh Freddy. Termasuk di antaranya mencari nota pembelaan perkara Freddy dan mencari tahu kuasa hukum atau pengacara Freddy, sebagaimana disampaikan oleh Freddy. Sebab, Freddy mengaku tidak ingat pejabat Polri, BNN dan oknum jenderal TNI yang disebutkannya.
Bahkan, dirinya sudah berusaha menghubungi sejumlah pejabat, termasuk staf khusus kepresidenan Johan Budi, dan menginformasikan tentang informasi dari Freddy Budiman ini. Namun, sejauh ini tidak ada respon positif yang berujung pada pembongkaran kasus ini.
"Saya ketemu dan datang ke lapas itu hanya sekali itu saja," sambungnya.