Ditangkap 14 Tersangka TPPO TKW Yufrida yang Gantung Diri di Malaysia
Saya mendapat instruksi langsung dari Bapak Presiden, karena saat kunjungan ke NTT berdialog dengan masyarakat
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengapresiasi kinerja penyidiknya dari Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri yang berhasil mengungkap kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) terhadap TKW asal NTT, Yufrida Selan (14) yang gantung diri di Malaysia.
Orang nomor satu di institusi Polri ini tidak menampik pengusutan kasus Yufrida adalah perintah langsung dari Presiden Joko Widodo kala presiden melakukan kunjungan ke Kupang, NTT beberapa waktu silam.
"Saya mendapat instruksi langsung dari Bapak Presiden, karena saat kunjungan ke NTT berdialog dengan masyarakat, unsur Muspida dan para tokoh, beliau prihatin adanya human trafficking di NTT," ungkap Tito saat pengungkapan kasus Yufrida, Kamis (18/8/2016) di Mabes Polri.
Selain kasus TPPO, muncul pula dugaan Yufrida adalah korban penjualan organ tubuh karena banyaknya luka bekas jahitan di jenazah Yufrida.
Setelah dilakukan penyelidikan, Bareskrim memastikan tidak ada organ tubuh Yufrida yang diperjualbelikan.
Diungkapkan Tito banyaknya bekas jahitan di jenazah Yufrida ialah karena adanya perbedaan teknis cara autopsi antara dokter di Malaysia dengan di Indonesia.
"Saat Paripurna penunjukkan Kapolri, saya sudah dapat pesan dari DPR agar mengungkap TPPO pada TKI yang paling banyak korbannya dari NTT. Setelah diperintah Pak Presiden, saya langsung telpon Kabareskrim agar membentuk Satgas khusus dan ungkap secepatnya," ujar Tito.
Akhirnya dalam waktu dua minggu, Satgas khusus ini berhasil mengungkap jaringan TPPO yang mengirim Yufrida ke NTT. Sebanyak 14 tersangka ditangkap dan diproses hukum.
"14 tersangka kami tahan, lebih kurang korban jaringan ini ada 30 orang dengan beragam modus operandi. Mulai dari pemalsuan identitas paspor, pelanggaran Imigrasi hingga ada yang berangkat duluan lalu dokumen menyusul," katanya.
Mantan Kapolda Metro Jaya ini mengaku baginya pengungkapan kasus TPPO khususnya di NTT sangatlah penting.
Karena seperti diketahui, tingkat kesejahteraan masyarakat di NTT masih relatif rendah dan angka pengangguran tinggi.
Sehingga mau tidak mau, masyarakat NTT akan mencari pekerjaan di negara orang seperti Malaysia, Singapura, Hongkong dan Arab Saudi.
Disana mereka pun untung-untungan, ada yang gajinya dibayar ful dan diperlakukan baik. Tapi banyak pula yang ditelantarkan, gaji tidak dibayar dan diperlakukan layaknya budak.
"Khusus NTT menjadi penting karena tantangannya bagaimana meningkatkan kemakmuran sehingga masyarakatnya tidak berbondong-bondong ke luar negeri. Problem lain kalau mereka diberangkatkan tidak terdidik dan terlatih, malah nandi dianggap rendah dan tidak punya skill. Yang lebih buruk jangka panjang akan merusak image bangsa kita," katanya.