Sebenarnya ada apa dibalik Lomba 17 Agustusan?
Ternyata banyak lomba 17 Agustusan yang terinsipirasi dari zaman penjajahan kolonial Jepang.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hari Ulang Tahun RI tak akan pernah lepas dari perayaan lomba 17 Agustusan.
Lomba yang terdiri dari berbagai permainan ini tak hanya menyenangkan tapi juga sebagai momen mendekatkan diri dengan sesama serta menikmati kemerdekaan yang kini kita rasakan.
Tapi pernah terbesit dipikiran sebenarnya ada apa dibalik Lomba 17 Agustusan?
JJ Rizal, seorang sejarawan, mengungkapkan bahwa banyak permainan dari Lomba 17 Agustusan terinspirasi dari masa kolonial, contohnya saat masa kolonial Jepang.
“Nah dari zaman Jepang, waktu perayaan Jepang masuk, berbarengan dengan perayaan majalah Jawa Baru, majalah resminya pemerintah Jepang, kita lihat banyak sekali perlombaan-lombaan, seperti tarik beban, adu perang manusia kuda, dan tarik tambang,” ungkap Rizal pada acara Sapa Kemerdekaan Kompas TV di Kompas Gramedia, Rabu (17/08/2016).
Tak hanya itu, perayaan lomba makan kerupuk dan lomba balap karung juga terinspirasi dari penderitaan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan Jepang.
“Dulu lomba makan kerupuk itu untuk menggambarkan betapa susahnya hidup kita dulu, yang makannya seperti makan angin dan makanannya ga bergizi. Kalau kata bung karno dulu, kita hidup pada pemerintah kolonial, cukup sehari sebenggol, artinya kalo sekarang cukup 500 perak sehari,” kata Rizal.
Atau misalnya lomba balap karung, tambah Rizal. Menurutnya itu dilakukan untuk mengenang zaman jepang, yang saking susahnya berpakaian kita sampai harus pakai karung goni.
Kalau untuk lomba panjang pinang lain cerita. Rizal mengungkapkan kalau lomba ini kuat kaitannya dengan cara bergaul masyarakat zaman dulu.
“Kan kita dulu sebelum kenal rokok, alat bergaul kita tuh sebenarnya sirih pinang. Jadi, kita akrab dengan pohon pinang,” ungkap Rizal Selain itu
Tak heran saat ini, kita punya beragam jenis permainan pada perayaan 17 Agustusan.
Tapi, selain tercipta untuk mengenang masa penjajahan dengan hal-hal yang menyenangkan, ternyata banyaknya permainan juga dikarenakan bangsa Indonesia itu sendiri.
“Sebenarnya perlombaan ini adalah ciri masyarakat kita, masyarakat Homo Ludens. Homo Ludens itu mahkluk yang suka bermain, banyak sekali permainan, perlombaan, dan senang sekali dengan hal itu,” ungkap Rizal.