Proses Tunggu Perlu Dievaluasi Agar Jemaah Haji Tak Kelelahan
Ahmad Zainuddin menilai, calhaj yang meninggal tidak lama setelah tiba di Tanah Suci umumnya karena mereka lelah sehingga sakit.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiap tahun jumlah jemaah haji yang meninggal cukup besar. Hingga hari ke 21 pemberangkatan tahun ini, sudah 35 calon haji (calhaj) meninggal di Tanah Suci. Umumnya calhaj yang meninggal karena sakit.
Anggota Komisi IX DPR RI yang membidangi kesehatan, Ahmad Zainuddin menilai, calhaj yang meninggal tidak lama setelah tiba di Tanah Suci umumnya karena mereka lelah sehingga sakit.
Kelelahan yang diderita para jemaah karena panjangnya proses tunggu yang harus dijalani mereka menjelang berangkat ke Tanah Suci.
"Jemaah ini kan banyak dari kampung. Perjalanan menuju asramanya saja sudah jauh bisa berjam-jam. Mereka kumpul dulu di kabupaten, kemudian dilepas ke asrama. Sudah harus masuk asrama sehari sebelum terbang. Di bandara pun, mereka masih harus menunggu 4 sampai 5 jam sebelum take off. Proses ini yang membuat fisik jemaah lelah," ujar Zainuddin dalam keterangan tertulis, Rabu (31/8/2016).
Saat Tim Panja Kesehatan Komisi IX DPR RI melakukan kunjungan spesifik ke Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan akhir pekan lalu, Zainuddin menemukan banyak jemaah calhaj yang terserang sakit karena lelah di perjalanan.
"Ada jemaah calon haji yang sampai stres. Ada yang dirawat. Mereka kelelahan, perjalanan jauh. Baru sampai asrama sudah sakit. Perjalanan ke Jeddah saja bisa 4 hingga 5 jam. Lama antre di imigrasi. Banyak yang belum pernah naik pesawat. Jadi bertumpuk faktornya," jelas politikus PKS itu.
Di sisi lain, Zainuddin juga menyayangkan, jumlah tenaga kesehatan yang disiagakan pemerintah di embarkasi Makassar tidak seimbang dengan jumlah jemaah calhaj yang membutuhkan layanan kesehatan.
Dalam kunjungannya tersebut, politisi asal dapil Jakarta Timur ini melihat hanya ada satu dokter dan dua perawat yang bersiaga di klinik kecil embarkasi Makassar.
"Sementara mereka harus melayani 27 kloter dari 8 provinsi yang dipusatkan di embarkasi Makassar. Setiap kloter 450 jemaah haji. Ini tidak akan maksimal melayani jemaah. Kliniknya saja ukuran sekitar 12 x 12 meter," kata Zainuddin.
Karena itu menurutnya, pemerintah harus terus melakukan evaluasi dalam memberi pelayanan kesehatan serta sistem persiapan keberangkatan agar jemaah haji tidak kelelahan sebelum tiba di Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji.
"Ada proses yang harus dipangkas. Misalnya apakah dengan menambah jumlah embarkasi. Karena 1 embarkasi untuk 8 provinsi terlalu banyak. Banyaknya jumlah calhaj sehingga waktu tunggu keberangkatan jadi panjang. Pelayanan kesehatan juga harus maksimal, jangan standar minimal," kata Zainuddin.