Digital Intelligence Jadi Tantangan Calon Kepala BIN Budi Gunawan
Hal ini mengingat berbagai bentuk kejahatan modern yang mengancam eksistensi manusia dan negara, berbasis kegiatan digital.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Digital Intelligence (intelijen digital) merupakan tantangan bagi Badan Intelijen Negara (BIN) di bawah kepemimpinan Komjen Budi Gunawan.
Hal ini mengingat berbagai bentuk kejahatan modern yang mengancam eksistensi manusia dan negara, berbasis kegiatan digital.
"BIN harus punya kemampuan analisa akurat dan relevan, terhadap arus informasi yang begitu cepat laksana supesonik. Kejahatan hingga perang pun sudah merambah dunia cyber, tapi nyata," kata praktisi media dan komunikasi Despen Ompusunggu dalam keterangan yang diterima, Jumat (2/9/2016).
Menurut Despen, aneka bentuk kejahatan baik berskala lokal dan global atau trans nasional, yang tidak mengenal batas dan waktu, kini bertransformasi menggunakan teknologi media baru atau digital, sebagai infrastruktur kejahatan dengan dukungan software (perangkat lunak) dan hardware (perangkat keras) yang amat canggih.
Bahkan kelompok teroris, perbankan hingga profiling terhadap orang dan perusahaan, melakukan aksinya dengan dukungan digital.
Dia menilai, kejahatan konvensional memang tidak boleh diabaikan, namun dengan memperkuat basis digital intelligence, BIN akan lebih responsif dan mampu melakukan antisipasi dan memprediksi kejahatan yang bakal mengancam eksistensi negara, baik dari dalam maupun luar negeri.
Berdasarkan kehandalan intelijen digital, BIN juga diharapkan mampu memberikan laporan analisa secara berkala atau briefing intelligence yang tepat dan akurat, kepada Presiden Jokowi, agar bisa digunakan sebagai basis mengambil kebijakan.
Despen berharap, BIN harus berfungsi secara modern dan efektif mendeliver informasi penting yang bersifat akurat dan rahasia kepada Presiden sebagai user.
Selain itu, BIN juga harus mampu menjadi filter, mata dan telinga Presiden Jokowi serta tegak lurus bagi kepentingan negara, termasuk keterlibatan BIN dalam melakukan profiling hingga background check bagi calon pejabat negara.
"Jangan lagi BIN justru mendapat laporan setelah kejadian, kan aneh. Nah, untuk membangun digital intelligence, tentu saja dibutuhkan perangkat teknologi termutakhir, dan tidak boleh kalah dengan alat-alat canggih yang dimiliki penjahat, sehingga ketersediaan dana tidak boleh jadi alasa bagi ketidakmampuan BIN membangun intelijen berbasi digital," kata Despen Ompusunggu.