Kepala BNPT Temui Pengurus ICMI Bicarakan Penangkalan Radikalisme di Kalangan Akademisi
Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, menemui Majelis Pengurus Pusat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)
Editor: Toni Bramantoro
“Ketika sudah ada lalu melihat tindak-tanduk yang tidak lazim misalnya anak sudah memisahkan diri, menyendiri, membentuk kelompok ekslusif, tidak tersentuh, itu sudah tanda-tandanya. Segera laporkan kalau menemukan seperti itu,” tuturnya.
Dirinya memberikan contoh seperti kasus yang terjadi di Medan kemarin, dimana sang pelaku sudah menutup diri terhadap lingkungannya. Jadi ada tahapan-tahapan yang kita harus cermat mengamatinya.
“Jangan sampai tidak care terhadap lingkungan kita, baik terhadap orang tua dirumah, guru atau dosen dilingkungan pendidikannya. Seperti pengajian-pengajian di lingkungan perguruan tinggi. Yang masuk dan ikut itu tidak hanya dari dalam lingkungan perguruan tinggi, tetapi banyak juga yang dari luar lingkungan perguruan tinggi juga ikut masuk di lingkungan tersebut. Ini yang namanya infiltrasi,” ungkapnya.
Sementara itu Ketua Umum ICMI, Prof Dr. Jimly Asshiddqie,SH, mengatakan bahwa ICMI akan membantu BNPT dalam mengatasi radikalisme dan teterorisme yang saat ini sudah mengarah kepada kalangan akademisi.
“Kita membicarakan fonomena yang terjadi di dunia kampus kita. Jadi sekarang ini radikalisme sudah berkembang, bukan hanya di tingkat grassroot saja seperti dikalangan orang miskin, terbelakang dan sebagainya yang selama ini diasumsikan, tetapi sekarang ini sudah melibatkan orang-orang yang berpendidikan tinggi,” jelas Jimly Asshiddqie
Menurut Jimly, sekarang ini sudah banyak orang yang bergelar Doktor, Profesor sudah terpengaruh paham radikal terorisme. Dirinya mencontohkan seorang dokter yang di Kalimantan beberapa waktu lalu yang diduga bergabung dengan kelompok radikal.
“Jadi metode brainwash yang dilakukan kelompok teroris ini ternyata efektif, dan itu merebak kemana-mana,” tuturnya.
Bahkan di kampus sekarang ini menurutnya sudah mulai kemasukan seperti dengan gerakan dengan mengataskanaman pengajian mahasiswa, pengajian dosen.
“Baru sebulan ngaji celananya sudah cingkrang, dalam artian cingkrang yang ektrim bagi mereka sudah terpapar radikalisme, ini yang sangat dikhawatirkan. Jadi inilah yang kita bahas,” ujarnya.
Dikatakannya, pihaknya juga sampai terkaget-kaget dengan data-data yang dibawa Kepala BNPT. Pihaknya selama ini sebenarnya sudah tahu ada gelombang yang harus diatasi di lingkungan perguruan tinggi ternyata ini lebih gawat lagi.
“Bukan hanya di perguruan tinggi, tetapi juga di lingkungan sekolah. Bahkan di anak-anak jenjang Sekolah Dasar pun sudah mulai terpengaruh Media Sosial ini sudah sangat membahayakan,” kata pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi ini.
Oleh karena itu ICMI menurutnya, tidak hanya berpikir tentang kelas kaum intelektuail atau para sarjana di kampus. Tetapi kita juga punya program untuk anak SMA. Intinya ICMI bersepakat dengan BNPT untuk melakukan partnership. Dan BNPT sendiri sudah melakukan dengan semua kalangan.
“Kita mengpresiasi dengan apa yang sudah dilakukan BNPT dengan memperluas parnership dengan kesadaran bahwa mengatasi radikal terorisme tidak bisa sendirian. Kita mesti bareng-bareng. Karena peradaban Indonesia yang sudah maju ini tidak bisa ditopang dengan unsur kekerasan,” jelasnya.
Dan ICMI menyadari bahwa masalah ini adalah masalah yang sangat serius, harus bersama-sama dengan kekuatan islam moderat dan semua kekuatan moderat kebangsaan untuk mendukung upaya ini, bukan hanya mendukung BNPT, tetapi ini membantu Indonesia supaya maju.