BPBD Jabar Mendapat Penghargaan Pengelola Data Bencana dan Pusdalops Terbaik Nasional 2016
BPBD Jawa Barat melalui Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) raih penghargaan Pengelola Data Bencana dan Pusdalops terbaik
Editor: Content Writer
Dalam acara peringatan hari Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Manado, Sulawesi Utara, pada pertengahan Oktober lalu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat melalui Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) meraih penghargaan Pengelola Data Bencana dan Pusdalops Terbaik Nasional 2016.
Ade Riansyah, staff Pusdalops BPBD Jabar mengatakan, pihaknya peroleh penghargaan terbaik karena dinilai mampu memberikan data kebencanaan secara cepat, tepat, akurat, koordinatif, kooperatif, transparansi dan akuntabel.
Para personel Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB)
Data diperoleh selain hasil pencarian tim di lapangan, juga mengacu dari laporan telepon, radio, website, dan faximile guna memverifikasi keakuratan dan kecepatan data.
Selain itu, data dikompilasikan dengan lembaga lainnya seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Tagana (Taruna Siaga Bencana), PMI (Palang Merah Indonesia), hingga ORARI/RAPI.
"Tahun ini alhamdulilah kita pun mendapat penghargaan sebagai salah satu Pusdalops terbaik di Indonesia," ucapnya di Bandung, akhir pekan lalu.
Sejumlah penghargaan yang diterimanya terkait data mitigasi dan kejadian bencana alam di Kantor BPBD Jabar, Jl Soekarno Hatta, Kota Bandung, Jumat (11/11/2016).
Selain Jabar, penghargaan antara lain diberikan kepada BPBD Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Riau, Bali, dst.
Penghargaan diberikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei dalam acara peringatan PRB, yang sekaligus The 29th ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM) and Other Related Meeting 2016 tersebut.
Tujuan ASEAN Meeting ini sebagai media berbagi pengalaman untuk pembelajaran bencana di regional ASEAN. Sebelum Manado, acara sebelumnya dihelat di Kota Mataram, NTB (2013), Kota Bengkulu, Bengkulu (2014), dan Kota Surakarta, Jawa Tengah (2015).
Suasana The 29th ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM) and Other Related Meeting 2016 di Manado, pertengahan Oktober lalu. Dalam kegiatan tersebut, Pusdalops PB memperoleh penghargaan sebagai salah provinsi terbaik dalam pengelolaan data mitigasi dan kejadian bencana alam.
Ade Riansyah melanjutkan, untuk meminimalisir korban bencana, banyak terobosan dilakukan BPBD. Salah satunya melakukan pemantauan intensif kondisi alam dan aktivitas terhadap potensi bencana pada daerah-daerah yang memiliki risiko tinggi.
"Kita kumpulkan informasi terkait bencana, diproses, dianalisis dan selanjutnya disusun laporan serta diseminasinya. Bahkan, kita coba buat peta wilayah yang berpotensi bencana dengan melakukan penelitian dan survey langsung ke lapangan," katanya.
Menurut dia, saat ada bencana, timnya selalu mengirimkan orang. Data itu yang diolah menjadi peta untuk bisa dikonsumsi mereka yang berkepentingan, termasuk menjadi laporan kepada para pimpinan, tak kecuali Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan.
"Informasi kebencanaan tak hanya menyangkut kejadian bencana, namun juga upaya penanganan oleh berbagai pihak. Baik saat prabencana maupun pasca bencana. Kita pun membuat pemetaan, daerah mana yang rawan dan menjadi pertimbangan untuk waspada, bahkan tidak untuk ditempati," ucapnya.
Dalam sebuah kesempatan, Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar (Demiz) mengatakan, Jawa Barat merupakan provinsi yang dinilai paling berpotensi terjadinya bencana baik longsor, banjir ataupun lainnya. Sebab, secara geografis, geologis, hidrologis, dan klimatologis, karakter wilayah Jabar rawan terhadap bencana.
"Jabar memiliki karakteristik di antaranya wilayah utara dengan dataran rendah, wilayah tengah dataran tinggi pegunungan, dan selatan pegunungan yang memanjang dari barat ke arah timur yang juga berada di atas lempengan bumi. Jadi, secara ilmiah diprediksi dan sangat mungkin menjadi daerah yang rawan bencana,” katanya. (*)