Mengungkap Modus Baru Teroris: Berapa Banyak Calon 'Pengantin Bom' Perempuan yang Disiapkan?
Polisi mengakui rekruitmen pengantin bom perempuan merupakan modus baru dalam dunia teror di Indonesia. Mengapa harus perempuan?
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keberhasilan Mabes Polri mengungkap rencana aksi teroris belum lama ini menggembirakan sekaligus mencemaskan.
Pasalnya, selain gagalnya aksi teror di Indonesia, terungkap pula "fenomena" bahwa jaringan teroris kini menyasar perempuan untuk dijadikan “pengantin”, atau pelaku bom bunuh diri, dalam menjalankan aksinya.
Diduga kuat hal ini untuk mengecoh penegak hukum. Sebab, selama ini pelaku teror di Indonesia selalu identik dengan laki-laki.
Adalah Dian Yulia Novi (DYN) yang disebut sebagai wanita pertama yang disiapkan untuk menjadi pengantin bom wanita oleh jaringan teroris yang ada di Indonesia.
Namun, sebelum beraksi, DYN keburu ditangkap di Jalan Bintara Jaya VIII Kota Bekasi.
Menurut polisi, DYN dipersiapkan sebagai calon pengantin bom bunuh diri dan dibekali uang senilai Rp1 juta oleh Bahrun Naim selaku pimpinan JADKN.
Tak mau berhenti di DYN, polisi terus menyelidiki calon-calon pengantin wanita lainnya.
Hingga pada pekan lalu, Densus 88 menangkap terduga teroris perempuan, Ika, warga Dusun Tegalsari, Desa Brenggong, Kabupaten Purworejo.
Ika diduga kuat merupakan calon pengantin yang akan melakukan aksi bom bunuh diri di luar Pulau Jawa.
Di waktu yang bersamaan, Densus 88 Mabes Polri dibantu Polres Tasikmalaya, Kamis (15/12/2016) pukul 04.30 WIB menangkap pasutri di Tasikmalaya.
Penangkapan dilakukan di sebuah rumah kontrakan, Jalan Padasuka, Babakan Jawa, RT 03 RW 10 Kelurahan Sukamaju Kaler Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Kabag Penum Mabes Polri, Kombes Martinus Sitompul mengatakan, pasutri ini diamankan karena diduga berperan menawarkan jihad kepada terduga teroris di Bintara Bekasi, Dian Yulia Novi (DYN).
Modus baru
Polisi mengakui rekruitmen pengantin bom perempuan merupakan modus baru dalam dunia teror di Indonesia.
Seperti yang disampaikan Kabag Mitra Ropenmas Humas Mabes Polri, Kombes Awi Setiyono, perekrutan wanita sebagai ‘pengantin’ bom bunuh diri ini menjadi pertama kali di Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa perekrutan perempuan semakin mudah jika calon sudah terdoktrin dan memiliki ideologi sama dengan jaringan teroris.
”Memang selama ini perekrutan ini melalui yang seiman, satu pandangan terkait ideologi, hingga kajian agama. Bahkan mereka tidak segan melakukan pernikahan," kata perwira dengan tiga melati di pundaknya.
Memutus rantai
Indonesia Police Watch (IPW) meminta Polri mencermati munculnya 'pengantin' wanita dalam penangkapan teroris di Bintara, Bekasi, Sabtu (10/12/2016).
Ketua Presidium IPW Neta S Pane melihat 'pengantin' wanita menjadi ancaman baru bagi Polri dalam pemberantasan terorisme di tanah air.
"Ini perlu dicermati Polri karena ini sebuah ancaman baru," kata Neta kepada Tribunnews.com.
Untuk itu Neta mendorong agar Polri perlu memutus mata rantai pembinaan "pengantin" wanita yang dilakukan kelompok-kelompok teroris agar serangan teror baru yang lebih nekat tidak terjadi.
"Polri perlu memutus mata rantai pembinaan pengantin wanita," kata Neta.
Sementara itu, Ali Fauzi, pengamat teroris, yang sekaligus adik kandung Amrozi, pelaku bom bali satu, berkeyakinan masih banyak perempuan lain yang telah disiapkan untuk menjadi pengantin bom bunuh diri.
"Fenomena ini merupakan dampak krisis global dari aksi-aksi teror level dunia yang banyak melibatkan perempuan, seperti di Syiria, Irak, Afghanistan dan Yaman," katanya di Lamongan, Jawa Timur, Senin (12/12/2016).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.