Pengamat: Jangan Rendahkan Agama Demi Tujuan Politik
Politisasi agama merupakan langkah mundur bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.
Penulis: Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Islam, Zuhairi Misrawi, mengkritik kinerja tim konsultan politik pasangan calon gubernur yang menciptakan isu dengan menggunakan isu politisasi suku, agama dan ras sebagai dagangan politik.
Menurut dia, politisasi agama merupakan langkah mundur bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.
“Kenapa kita tidak berdebat tentang program-program yang membawa Jakarta ke arah yang lebih baik?" sindir Zuhairi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (19/1/2017).
"Dan jangan membawa isu SARA ke panggung politik, sebab Indonesia sudah kondusif," ia menegaskan.
Zuhairi memahami politisasi agama menjadi satu-satunya senjata melawan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, namun tak mempan mengingat publik sangat paham kasus ini beririsan dengan politik.
Alih-alih bertarung dengan menonjolkan visi misi dan program kerja, masih saja isi politisasi agama terus digoreng sampai menjadi bola liar.
Politisasi SARA, tegas Zuhairi sangat tidak sehat bagi bangsa Indonesia. Jangan sampai Indonesia yang sudah damai dirusak dengan politisasi agama.
“Masjid Istiqal dan Gereja Katedral berhadap-hadapan. Enggak ada masalah. Sangatlah aneh jika ada pihak tertentu yang bermain diair keruh dengan berpolitik menjual agama,” ia menegaskan.
Almuni Universitas Al-Azhar, Mesir Kairo ini menjelaskan sebuah kemunduran kalau agama dipaksa masuk ke ranah politik, terlebih dengan menggunakan cara-cara kekerasan.
“Bayangkan, kampanye Ahok diadang, pendukung Ahok di Jelambar dikeroyok hingga babak belur, pengobakan gratis dibubarkan. Ini sudah tidak sehat apalagi menggunakan dasar-dasar agama,” kata dia.
Agama itu mulia sehingga sangatlah tidak elegen jika ditarik masuk ke ranah politik. Zuhairi meminta agar agama diletakkan pada makhomnya sebagai jalan kebenaran dan kebajikan.
Dia berharap rakyat Indonesia menjadikan demokrasi sebagai instrumen membawa bangsa dan negara ini lebih baik. Apalagi, demokrasi yang ada sekarang ini mahal sekali karena diraih dengan perjuangan berdarah-darah.
“Demokrasi ini harus kita rayakan bersama-sama. Marilah kita jaga demokrasi ini. Jangan sampai demokrasi ini memecah belah,” tuturnya.
Sebagai warga yang beradab rakyat Indonesia harus menciptakan demokrasi yang substansif dengan cara bersama-sama menjaga kedamaian, toleransi, keadilan, dan bebersamaan.
"Perbedaan yang ada, apa pun agama kita, paham kita sesungguhnya satu. Demokrasi yang kita bangun ini sesungguhnya untuk memajukan negeri kita,” kata dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.