Berikan Akses Masyarakat Miskin, Lazismu Lepas Klinik Apung “Said Tuhuleley”
Lazismu melalui program Klinik Apung Said Tuhuleley menjadi solusi dari permasalahan yang ada di Maluku terutama berkaitan dengan layanan kesehatan.
TRIBUNNEWS.COM – Akses kesehatan bagi masyarakat miskin mendapatkan perhatian serius dari Lazismu.
Lazismu sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional, ikhtiar mewujudkan layanan kesehatan yang menjadi salah satu kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi.
Dari hal itu, Lazismu melalui program Klinik Apung Said Tuhuleley sebagai pengadaan ‘floating clinic’ berupa Kapal Laut sebagai salah satu satu solusi dari permasalahan yang ada di Maluku terutama berkaitan dengan layanan kesehatan.
Ini juga bagian dari penerapan-penerapan program-program Lazismu di daerah 3T yakni Terluar, Terdepan, Tertinggal.
Direktur Utama Lazismu, Andar Nubowo mengatakan Klinik Apung ini merupakan klinik pertama yang digagas Lembaga Amil Zakat Nasional Lazismu.
“Dilengkapi fasilitas ruang tindakan (medis), ruang pemeriksaan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang selama ini tidak terjangkau di Maluku,” kata Andar.
Mengapa Maluku? Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2014, Maluku merupakan propinsi dengan jumlah tenaga kesehatan terendah, yakni hanya 10 persen dari total jumlah tenaga kesehatan se-Indonesia.
Klinik Apung Said Tuhuleley ini nantinya akan beroperasi untuk memberikan layanan kesehatan secara cuma-cuma kepada masyarakat pesisir atau pulau-pulau di Maluku.
Sesuai kondisi geografisnya, Ketua PP Muhammadiyah, Hajriyanto Y Thohari menuturkan, Maluku memiliki banyak pulau kecil dan terpencil yang harus ditempuh dengan jarak yang cukup jauh.
“Pengadaaan Klinik Apung ini akan sangat membantu masyarakat terpencil dalam mendapatkan pelayanan, baik kesehatan maupun pendidikan,” ungkap Hajriyanto.
Pemilihan nama Said Tuhuleley bukan sebuah kebetulan. Itu karena Said dikenal sebagai ‘pejuang kamu marginal’ di lingkungan Muhammadiyah dan merupakan Putra Maluku Asli, lebih tepatnya Putra Saparua.
Hajriyanto menambahkan semasa menjadi Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammdiyah hingga berpulang pada 9 Juni 2015 lalu, Said gigih menjalankan berbagai program peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin.
Tidak hanya masyarakat miskin yang berduka dengan meninggalnya Said. “Muhammadiyah pun merasa kehilangan kader terbaik yang getol membumikan konsep ‘dakwah sosial’ dalam praktik sehari-hari itu,” kata Hajriyanto.
Untuk menghidupkan semangat melayani kaum dhuafa, Muhammadiyah menetapkan ‘Said Tuhuleley’ sebagai nama klinik apung.
Klinik Apung ‘Said Tuhuleley’ dirancang di atas sebuah kapal dengan panjang keseluruhan 15 meter dan lebar 3,50 meter.
Klinik Apung ‘Said Tuhuleley’ dilepas oleh Hajriyanto Y Thohari, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang disaksikan langsung ketua Badan Pengurus Lazismu Hilman Latief, jajaran ketua pimpinan pusat Muhammadiyah, mitra-mitra Lazismu dari perusahaan, perbankan dan amal usaha Muhammadiyah.
Pantai Mutiara menjadi titik awal perjalanannya menuju Maluku selama tujuh hari.
Klinik Apung akan diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo, bertepatan dengan sidang Tanwir Muhammadiyah pada tanggal 24 Februari 2017.
Pembuatan Klinik Apung ‘Said Tuhuleley’ menelan dana sekitar Rp 2 Miliar. Sumber dana pembuatannya diperoleh dari masyarakat yang telah mempercayakan donasinya melalui Lazismu.
Hal ini belum termasuk biaya peralatan serta tim medis dan operasional lainnya.
Lazismu optimis operasionalisasi Klinik Apung mendapat dukungan dari masyarakat. Selama ini masyarakat terbukti selalu mendukung program Lazismu yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan kaum dhuafa.