Oh, Ternyata Penyebar Berita Hoax Manfaatkan Peralatan Canggih, Ada Pesanan Kepentingan
Dalam menyebarkan berita hoax, media sosial masih menjadi cara yang terampuh.
Editor: Sugiyarto
TRBUNNEWS.COM, YOGYA - Dalam menyebarkan berita hoax, media sosial masih menjadi cara yang terampuh. Namun, tetap saja, di luar kepentingan tertentu misalnya Pilkada, produsen hoax cenderung mengikuti tren.
Untuk itu, mereka memerlukan alat yang bisa mendukung.
Denny Charter dari Index Media mengatakan, untuk mengetahui tren atau kemana arah opini publik bergerak tidaklah sulit.
Di dunia TI ada semacam alat yang disebut Big Data Analysis Platform. Tool atau alat ini bisa menganalisis pembicaraan yang sedang hangat di media yang kemudian diproses di basis data.
"Dari situ bisa dibaca arah pembicaraan masyarakat apakah ke positif atau negatif. Hal itu bisa dipetakan dan ditampilkan di dasbor tool tersebut."
"Untuk perusahaan, bisa dipakai untuk memperkenalkan produk ke masyarakat, semacam riset pasar lah. Namun untuk para pembuat hoax, tool ini bisa dipakai untuk menyebarkan hoax."
"Perusahaan penyedia hanya menyuplai tool, penggunaannya biasanya tetap kembali ke kepentingan klien," ungkapnya, akhir pekan lalu.
Denny mengatakan, penyebaran hoax sangatlah berbahaya ditunjang dengan akses media sosial yang sangat cepat dan massif.
Apalagi untuk mengakses informasi, masyarakat saat ini bergeser mengandalkan media sosial dari dulunya berupa media arus utama (mainstream).
"Nah, saat ini ada gejala fear of isolation alias orang takut ketinggalan informasi dan terisolasi. Dengan kondisi sebagian masyarakat yang tidak mau membaca, mungkin hanya judulnya saja, maka berita hoax cepat sekali menyebar," urainya.
Denny menyarankan, untuk mengatasi merebaknya berita hoax, peluangnya ada di media arus utama.
Apabila media arus utama bisa memberikan konten yang kredibel, maka media arus utama bisa menjadi penengah di tengah perang hoax antar berbagai kepentingan. (*)