Ini Isi Khutbah Kiai Ahsin di Hadapan Delegasi dan Keluarga Raja Salman
Menurut Kyai Ahsin, apa yang terjadi di dunia Islam saat ini jauh dari watak agama Islam yang Rahmatan Lil Alamin.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pada kesempatan membacakan Khutbah Salat Jumat di Masjid Istiqlal Jakarta 3 Maret 2017 kemarin, Ketua Dewan Penasehat Nusantara Mengaji Dr KH Ahsin Sakho Muhammad Alhafiz menyampaikan beberapa poin penting tentang kondisi dunia Islam dan prinsip-prinsip dasar agama Islam.
Di hadapan delegasi dan keluarga Raja Salman, dengan menggunakan bahasa Arab, Kiai Ahsin menyampaikan bahwa saat ini dunia Islam masih dirundung oleh berbagai macam cobaan.
Baca: Raja Salman Anggap Indonesia Sebagai Rumah Kedua
Perseteruan, pergolakan, dan peperangan antar sesama masih terus berlangsung di beberapa Negara.
Sungguh dahsyat akibat dan ekses yang ditimbulkan dari peperangan ini. Ratusan ribu manusia meninggal di medan perang.
Menurut Kiai Ahsin, apa yang terjadi di dunia Islam saat ini jauh dari watak agama Islam yang Rahmatan Lil Alamin, membawa Rahmat pada seluruh Alam.
“Pada masa lalu, kaum muslimin juga mengalami kejadian yang serupa, bahkan sangat dahsyat. Menghadapi persoalan internal dan eksternal. Namun umat Islam kembali bangkit dan menjadi masyarakat yang diperhitungkan dalam percaturan dunia,” imbuh Kiai Ahsin.
Kiai asal Cirebon ini menjelaskan bahwa watak dasar agama Islam ada tiga yaitu Rahmah (Kasih sayang pada semua mahkluk), Tawasuth (Moderat), dan Tasamuh (Toleran). Watak ini harus menjadi pijakan dalam semua kegiatan kaum muslimin, mulai dari skala kecil sampai skala besar.
Kiai Ahsin yang pernah menjabat sebagai rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta ini mengatakan perilaku Nabi Muhammad dalam kesehariannya adalah yang manusiawi, wajar, mudah dalam semua urusan, tidak menyukarkan, pemaaf, empati, senang bergaul dengan siapa saja. Pribadi yang sangat mengesankan.
Pribadi yang disegani baik kawan maupun lawan. Dunia tercerahkan oleh sosok yang agung ini. Inilah watak sebenarnya dari agama Islam.
Sebaliknya sifat yang ekstrim, akan membawa dampak yang tidak baik dalam kehidupan dan tidak mencitrakan hal yang positif dalam perkembangan Islam .
Kiai Ahsin adalah satu-satunya doktor di Indonesia dalam bidang riwayat qira’at dan ilmu Alquran. Ia berhasil meraih gelar doktor dengan yudisium mumtaz syaraful ‘ula (cumlaude) pada 1989 di Jam’iyyah Al-Islamiyyah, Madinah.
Sejak kelulusannya dari Madinah, Kiai Ahsin tak henti-henti menggiatkan Tahfiz Alquran. Hingga saat ini ia menjadi Ketua Dewan Penasehat Nusantara Mengaji.