Gus Mus: Semoga Husnul Khatimah
Sebelum meninggal, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Jokowi sempat menjenguk KH Hasyim Muzadi yang tengah menjalani masa pemulihan di kediamannya.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi tutup usia, Kamis (16/3/2017).
Kabar tersebut membuat sejumlah tokoh mengungkapkan dukacita.
Salah satu ungkapan dukacita ditulis Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melalui akun Twitter-nya.
"Telah wafat KH. Hasyim Muzadi pagi ini. Mari doakan almarhum diampuni kesalahannya, diterima amal bajiknya, berada di sisiNya. Al-faatihah.." tulis Lukman melalui akun @lukmansaifuddin.
Selain Lukman, kabar meninggalnya anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu juga membuat Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Rembang, KH Moh Mustofa Bisri atau Gus Mus, berduka.
"Inna lillahi wainna ilaihi raji'un. Kita kehilangan lagi seorang tokoh, mantan Ketum PBNU, KH. Hasyim Muzadi. Semoga husnul khatimah," tulis Gus Mus melalui akun @gusmusgusmu.
Baca: Anggota Wantimpres KH Hasyim Muzadi Tutup Usia
Baca: Jenazah KH Hasyim Muzadi akan Dimakamkan di Al Hikam Depok
Sebelum meninggal, Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Jokowi sempat menjenguk KH Hasyim Muzadi yang tengah menjalani masa pemulihan di kediamannya di Malang, Rabu (15/3/2017).
Sebelumnya, KH Hasyim Muzadi sempat dirawat di Rumah Sakit Lavalette, Malang, Jawa Timur selama beberapa hari sejak Sabtu (11/3/2017) hingga Senin (13/3/2017).
Dalam surat keterangan yang diterbitkan 13 Maret 2017, Kepala RS Lavalette Abdul Rokhim menjelaskan bahwa KH Hasyim Muzadi sebenarnya masih perlu menjalani masa pemulihan di rumah sakit.
"Akan tetapi, Kyai Hasyim ingin menjalani masa pemulihan di kediamannya agar lebih dekat dengan santri-santrinya," ucap Abdul Rokhim dalam surat keterangan tersebut.
KH Hasyim Muzadi diketahui menjabat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 19 Januari 2015.
Pendiri Pondok Pesantren Al-Hikam Malang ini juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada periode 1999-2010. (Kompas.com/Dani Prabowo)