Jejak Cinta KH Hasyim Muzadi Pada Santri, Saat Sakit Pun Masih Sempatkan Mengajar
Kecintaan KH Hasyim Muzadi terhadap santri ditunjukkan ketika dirinya masih sempat mengajar kitab Al Hikam kepada para santri meski sedang sakit.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Kecintaan KH Hasyim Muzadi terhadap santri ditunjukkan ketika dirinya masih sempat mengajar kitab Al Hikam kepada para santri meski saat itu dirinya sedang sakit.
Hingga masa terakhirnya, Hasyim Muzadi masih meninggalkan jejak cinta pada santrinya.
Sang guru masih menyempatkan mengajar para santri angkatan ketiga Pondok Pesantren Al Hikam.
Sebagai seorang pengajar, Hasyim Muzadi merupakan sosok guru yang tegas dan disiplin.
Dirinya tidak segan-segan menegur murid yang tidak mampu menangkap pelajaran.
Ketegasan sosok Hasyim Muzadi dirasakan oleh seorang muridnya, Wan Safawi Halimi Zamzami.
Ia merasakan gemblengan Hasyim Muzadi kala mondok di Mahad Ali Pondok Pesantren Al Hikam I, Malang.
Mahad Ali merupakan lembaga pendidikan untuk para lulusan pondok pesantren. Wan mendapatkan pengajaran kitab Ihya Ulumudin karya Imam Ghazali dan kitab Al Hikam langsung dari Hasyim Muzadi. Dirinya mengajar setiap hari seusai salat subuh.
Kini Wan menjadi tenaga pengajar di Pondok Pesantren Darul Marhamah, Aceh Singkil.
Dirinya mengaku selalu menerapkan cara yang diterapkan oleh sang guru.
Ngaji di Makam Sang Guru Selama 40 Hari
LANTUNAN surah AR-Rahman terdengar merdu dari mulut Aulia Rahman (24), tepat di depan makam KH Hasyim Muzadi di kawasan Pondok Pesantren Al Hikam I, Kukusan, Depok, Jawa Barat, Jumat (17/3/2017).
Sudah satu setengah jam Aulia membaca ayat suci Al Quran di depan pusara sang guru yang terus didatangi oleh peziarah dari berbagai daerah. Di belakangnya, tampak teman Aulia yang mengenakan baju takwa, siap menunggu giliran mengaji.
Aulia merupakan santri Pondok Pesantren Al Hikam yang didirikan oleh KH Hasyim Muzadi. Mahasiswa jurusan tafsir ini mengaku menjalankan permintaan pihak keluarga dan pengurus pesantren untuk mengaji hingga 40 hari terkait wafatnya mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI tersebut.
Sebelum meninggal di kediamannya, Pondok Pesantren Al Hikam I, Jl Cengger Ayam, Lowok Waru, Malang, Jawa Timur, Kamis (16/3/2017), KH Hasyim Muzadi juga pernah meminta kepada para santri untuk mengaji di sampingnya. Saat itu KH Hasyim sedang dirawat di Rumah Sakit Lavalette, Malang.
Sekitar 22 santri didatangkan dari Pondok Pesantren Al Hikam I, Depok, untuk mengaji hingga akhir hayat sang kiai. "Yang diberangkatkan angkatan ketiga. Mereka mengaji 30 juz nonstop," tambah Aulia.
Santri Pondok Pesantren Al Hikam II saat ini berjumlah sekitar 300 orang dari tujuh angkatan. Nantinya seluruh santri akan bergantian mengaji di depan makam Hasyim Muzadi. Pondok pesantren itu didirikan pada 2011.
Tanah untuk pesantren telah dimiliki oleh Hasyim Muzadi sejak 1999. Ia lebih dulu membangun masjid pada 2005.
Menurut menantu Hasyim Muzadi, Arif Zamhari, hal ini dilakukan sesuai tradisi pesantren yaitu masjid merupakan pusat kegiatan.
Dalam pembangunan pesantren tersebut, Hasyim menggunakan dananya sendiri. "Abah membiayai pesantren ini dari pribadi dia. Dia pakai gaji dia sendiri," ujar Arif.
Kecintaan Hasyim Muzadi terdapat santri dan pesantrennya sangat besar. Oleh karena itu Hasyim berwasiat agar dimakamkan di wilayah Pondok Pesantren Al Hikam II. Wasiat ini diberikan beberapa pekan sebelum meninggal.
Saat itu dirinya dibawa berkeliling menggunakan kursi roda oleh anaknya, Yusron Shidiq. Dirinya menunjuk sebidang tanah yang berada di samping bangunan pesantren mahasiswa.
"Abah mau dimakamkan di sini," ujar Arif menirukan Hasyim Muzadi.
(tribun network/fahdi fahlevi)