Santri Millenials Harus Responsif di Era Digital
Talkshow ini diinisiasi oleh KH. Abdussalam Shohib, pengasuh Pesantren Mamba'ul Ma'arif, Denanyar, Jombang.
Penulis: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - Perkembangan media digital yang massif perlu direspons oleh komunitas santri. Di era teknologi digital, santri harus berperan aktif sebagai aktor yang kreatif.
Di era milenial, santri harus bisa membuat terobosan-inovasi yang bermanfaat. Itulah yang menjadi perbincangan substansial pada Talkshow Kepemudaan, "Santri Milenial: Literasi dan Deradikalisasi". Agenda ini diselenggarakan di Pesantren Mamba'ul Ma'arif, Denanyar, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (18/03/17).
Talkshow ini diinisiasi oleh KH. Abdussalam Shohib, pengasuh Pesantren Mamba'ul Ma'arif, Denanyar, Jombang. Hadir dalam forum ini, Hj. Mundjidah Wahab (Wakil Bupati Jombang), dan beberapa kiai sepuh Denanyar.
Pada talkshow ini, hadir sebagai pembicara, H. Imam Nahrawi (Menteri Pemuda dan Olahraga), H. M. Hasan Chabibie (pegiat literasi digital), H. Adung Abdurrahman (Sekjen PP GP Ansor), Munawir Aziz (Lembaga Ta'lif wan Nasyr, PBNU), dan moderator H. Ahmad Tamim (Sekretaris PW Ansor Jatim).
Dalam sambutannya, KH. Abdussalam Shohib mengungkapkan betapa santri harus siap dengan generasi milenial.
"Pada era sekarang ini, santri harus mau ngaji, ngopi dan ngayomi. Dalam artian, harus siap belajar dan menjaga khazanah pesantren, harus mau ngopi untuk diskusi serta bercengkerama dengan teman-teman dan masyarakat, yang tidak kalah penting santri harus mau mengayomi," ungkap Gus Salam.
Sementara menurut Menpora, H. Imam Nahrawi, santri zaman sekarang harus siap untuk berprestasi.
"Sudah saatnya santri sekarang mengambil peran di media sosial, aktif di media digital. Sudah terlalu lama kita hanya bertahan, saatnya harus menyerang. Menyerang adalah pertahanan terbaik," terang Imam Nahrawi, yang tampil sebagai Keynote Speaker dalam forum ini.
Pada kunjungan ini, Menpora juga meresmikan Pondok Pemuda di Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Jombang. Pondok Pemuda diharapkan menjadi pusat pengkajian santri yang berprestasi dalam khazanah kitab kuning dan pendidikan, sekaligus dalam bidang olahraga.
Di media digital, santri harus menjadi aktor, bukan obyek. Pendapat ini, disampaikan Hasan Chabibie, yang selama ini konsen pada isu literasi digital. "Media sosial merupakan ruang kompetisi gagasan. Santri sudah harus siap dengan perkembangan media digital. Santri sebenarnya sangat kreatif, harus bisa mengambil peran strategis untuk era sekarang," terang Hasan.
Dalam era milenial ini, peran santri dalam bidang literasi dan deradikalisasi di bidang media sosial menjadi penting. "Di era ini, santri harus konsen mengaji, agar tercipta karakter yang kuat," terang H. Adung Abdurrahman, Sekjen PP GP Ansor. Dengan kreatifitas memanfaatkan media digital, diharapkan santri dapat mengkampanyekan Islam yang ramah (*).