Ustaz Abu Janda Bikin Video Terbuka untuk Dr Zakir Naik, Netizen Emosi Karena Hal Ini
Melalui akun Youtubenya, Ustaz Abu Janda berbicara dalam bahasa Inggris dalam durasi video 3 menit 49 detik, mengkritisi pernyataan Dr Zakir Naik.
Penulis: Wahid Nurdin
Menurutnya, saat itu Dr Zakir Naik menyampaikan bahwa jangan memilih Yahudi dan Nasrani sebagai 'Awliya' yang diterjemahkan sebagai teman, pelindung termasuk pemimpin.
Ia kemudian menjelaskan bahwa ucapan Dr Zakir Naik itu tak memperhatikan Asbabun Nuzulnya, yang dikatakannya surat itu diturunkan saat kondisi perang.
Berikut video selengkapnya:
Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan menerima kunjungan Ulama asal India Zakir Naik di Kompleks Parlemen, Nusantara III Senayan, Jakarta, Jum'at (31/3/2017).
Zulkifli Hasan menyebut penggemar Zakir Naik cukup banyak di Indonesia. Mereka menyaksikan ceramah Zakir melalui Youtube.
Menanggapi hal itu, Zakir Naik mengaku senang karena Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.
Kepada Zakir Naik, Zulkifli Hasan juga menceritakan tentang toleransi di Indonesia.
"Indonesia adalah model bagaimana Islam dan Demokrasi bisa berdampingan dengan baik," ungkap Zulkifli Hasan.
Zulkifli Hasan dan Zakir Naik juga sepakat bahwa Islam menolak segala bentuk terorisme, radikalisme dan bentuk kekerasan lainnya
"Islam adalah agama yang menjunjung tinggi toleransi. Tidak ada tempat untuk terorisme dan radikalisme dalam Islam," jelas Zulkifli Hasan.
Dalam kesempatan itu, Zakir Naik juga menyinggung soal makna toleransi sesungguhnya serta meluruskan anggapan miring soal Islam yang dicap tidak toleran.
"Islam toleran untuk kemanusiaan dan menyatukan umat manusia untuk kedamaian. Islam tak toleran kepada orang yang ingin menghancurkan kedamaian," kata Zakir Naik
Di akhir pertemuan, Zulkifli Hasan dan Zakir Naik sepakat untuk mengedepankan Islam yang mengedepankan dialog tanpa kebencian dan tanpa kekerasan.
"Dalam Islam jelas bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Jadi mari kedepankan dialog tanpa kebencian, prasangka dan tanpa kekerasan," tutur Zulkifli Hasan. (*)