Begini Cara Kelompok Teroris Rekrut Anggota Baru
Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian menegaskan orang yang terkena paham radikalisme tidak berkorelasi dengan pekerjaan
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian menegaskan orang yang terkena paham radikalisme tidak berkorelasi dengan pekerjaan. Melainkan terkait faktor psikologi.
Tito mencontohkan kasus dokter Azahari lulusan Inggris yang terkena paham radikal. Kemudian Osama Bin Laden pemimpin Al Qaeda berstatus orang kaya. "Ada mahasiswa dan sarjana, bisa low class sampai high class," kata Tito dalam Kapolri di Rosi, Kompas TV, Jumat (26/5/2017).
Tito lalu menjelaskan cara kelompok teroris merekrut anggotanya. Caranya, secara tatap muka atau face to face, kegiatan pengajian, lalu online dengan internet chatting. "yang bisa direkrut cenderung mudah menerima sesuatu, tidak kritia dan pendiam. Ada satu penelitian mahasiswa dari science fisika dan kimia. Itu yang sosial dan politik, kritis mereka," kata Tito.
Tito mencontohkan pelaku bom di Kedubes Australia, Heri Kurniawan atau Heri Golun secara psikologis pendiam dan intelektual kurang. Jenderal bintang empat itu mengaku sempat bertanya kepada kelompok teroris dalam perekrutan anggotanya. Ada masyarakat yang juga tidak dapat direkrut kelompik teroris.
"Saya tanya kepada orang itu kenapa tidak mau ikut kelompok (teroris), saya (orang yang akan direkrut) tanya ini itu tidak memuaskan. Saya tanya yang rekrut juga begitu, dia (target masyarakat) cerewet sehingga (kelompok teroris) mencari yang lain," kata Tito.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.