Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita KH Cholil Nafis Berceramah Buka Puasa di KPK

Ceramah saya pun terbawa oleh suasana, berisi curah pendapat sebagai seorang da'i dan ustaz

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Cerita KH Cholil Nafis Berceramah Buka Puasa di KPK
Ist
Buka puasa di KPK 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemarin Sore, Rabu (7/6/2017) Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia, KH Cholil Nafis diundang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk ceramah jelang buka bersama di kantor Merah Putih.

Undangannya terbatas hanya pada lembaga penegak hukum, Kejagung, Wakapolri, PPATK, Mahkamah Agung, BPK, Komisi III DPR RI, dan lainnya.

Acara pun dimulai dengan hiburan Marawis dilanjut sambutan ketua KPK Agus Rahardjo dan sumbang saran dari lembaga terkait lainnya. Temanya, KPK mendengar.

Sebagai penceramah Cholil Nafis diminta bicara paling akhir. Bahkan sekalian doa buka puasa bersama.

"Ceramah saya pun terbawa oleh suasana, berisi curah pendapat sebagai seorang da'i dan ustaz yang aktif di masyarakat pesepektif keagamaan," ucap Cholil Nafis kepada Tribunnews.com, Kamis (8/6/2017).

Ringkasnya ceramah saya, kata Cholil Nafis, para penegak hukum itu kalau dalam terminologi dakwah adalah orang-orang yang melakukan nahi mungkar atau mencegah kemungkaran.

Biasanya nahi mungkar itu sangat beresiko bagi sang penegak.

Berita Rekomendasi

Berbeda dengan penyeru ma'ruf biasanya lebih mendapat simpati dan apresiasi.

"Bahkan kadang pencegah kemungkaran itu bisa korban jiwa," kata Cholil Nafis.

Makanya, lanjutnya, para penegak hukum yang hadir ini adalah orang-orang hebat. Karena berani mengabdikan hidupnya untuk memberantas kejahatan.

Kejahatan besar yang sedang dihadapi oleh negara saat ini adalah kejahatan korupsi.

Para ulama zaman dulu banyak yang tak mau jadi hakim atau penegak hukum. Sebab tanggung jawab penegak hukum itu berat di dunia dan berat di akhirat.

Ia pun mengutip sabda Nabi SAW riwayat Ibnu Majah yang menjelaskan, bahwa penegak hukum itu ada tiga model. Yang dua model masuk neraka dan hanya satu model yang masuk surga.

Model pertama, orang yang mengetahui hukum dan tahu kebenaran kemudian dia memutuskan sesuai kebenaran itu dengan adil.

"Penegak hukum model inilah yang masuk surga," ujarnya.

Kedua, model penegak hukum yang masuk neraka adalah mengetahui kebenaran dan memahami hukum tetapi memutuskan yang tidak benar. Karena tekanan dari luar atau karena sentimen pribadi.

Model lainnya adalah tdk mengerti kebenaran dan tak paham hukum tapi menjatuhkan keputusan sesuai kehendaknya sendiri.

Oleh Karenanya para penegak hukum harus banyak berpuasa agar makin kuat mengontrol dirinya.

Sebab hanya dengan puasa yang bisa melatih diri manusian utk menemukan dirinya, mengendalikan nafsunya dan menjaga imannya.

"Hanya dengan berpuasa dapat mengencangkan kontrol diri," katanya.

Seseorang yang makin baik kontrolnya adalah makin waras karakternya.

Orang yang banyak makan biasanya besar syahwatnya. Orang yang besar syahwatnya kadang menghilangkan sifat kemanusiaannya yang sejati.

Sebab dalam diri manusia ada sifat kebinatangan, sifat syaitan dan sifat malaikat. Yakni, sifat binatang hanya ingin makan, minum dan kawin tanpa memilah dan memilih halal haramnya, atau baik dan buruknya. Hewan dalam hidupnya hanya dibantu oleh insting.

Sifat Syaitan itu selalu cenderung pada keburukan dan senang mencelakakan yang lain. Nah, sifat ini dapat dikendalikan dengan mengendalikan kosumsi, sehibgga diharapkan muncul sifat Malaikat.

Malaikat adalah makhluk Allah yang paling taat. Karena Malaikat adalah makhluk yang tdk makan dan tidak minum

Puasa diharapkan dapat menemukan diri sendiri.

Mengetahui dirinya seorang hamba dan kelak akan kembali kepada yang Maha Kuasa.

"Orang yang mengetahui dirinya sendiri akan mengetahui Tuhannya. Orang yang mengetahui Allah akan dapat melihat Allah SWT atau merasa dilihat oleh Allah," ujarnya.

Hal ini imbuhnya, dilatih dengan berpuasa yang rela meninggalkan makan, minum dan hubungan badan meskipun tidak ada yang mengetahuiya. Namun Allah tetap melihatnya.

Implementasi puasa diharapkan melahirkan kepekaan sosial. Sebagaima mencintai Allah SWT diharapkan juga mencintai makhluk-Nya.

Bahkan menempatkan diri sebagai khalifah untuk berbagi dengan yang lain. Hal ini juga latihannya adalah berpuasa.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas