Akademisi: Penguatan Pancasila Cegah Perang Asimetris
Yono menuturkan, perang asimetris memanfaatkan kemampuan dan kekuatan irregular yang tidak tergantung pada besaran pasukan.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengajar Universitas Pertahanan Indonesia. Yono Reksoprasodjo, mengingatkan perang asimetris tidak menggunakan senjata fisik. Melainkan ide-ide untuk menjatuhkan lawan menggunakan strategi-strategi modern.
Yono menuturkan, perang asimetris memanfaatkan kemampuan dan kekuatan irregular yang tidak tergantung pada besaran pasukan. Sebab, sangat memungkinkan perang ini dilakukan oleh satu orang saja dari suatu tempat yang jauh dari wilayah sengketanya.
"Tujuan utama perang adalah mengarahkan lawan tanpa bertempur. Pemanfaatan taktik, pilihan medan pertempuran yang baru hingga senjata baru dalam berperang bisa/boleh disebut sebagai langkah taktik asimetrik," kata Yono dalam diskusi Angkatan Muda Partai Golkar (PP-AMPG) 'Menangkal Perang: Upaya Penguatan Ideologi Pancasila' di DPP Partai Golkar, Senin (10/7/2017).
Sedangkan Polutikus Golkar Aditya Anugrah Moha mengatakan Indonesia memiliki suku bangsa yang besar. Dimana, 1340 suku bangsa tersebut merupakan potensi yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang ingin menjatuhkan Indonesia melalui perang asimetris.
Untuk itu, Ia meyakini perang asimetris dapat dicegah dengan penguatan ideologi Pancasila agar ajaran-ajaran yang ingin memecah belah bangsa tidak dapat masuk.
"Perang asimetris umumnya bertujuan menyebarkan ajaran-ajaran ideologi radikal untuk mengganti ideologi negara dengan sebuah ideologi tertentu," kata Aditya.
Melihat pentingnya mencegah perang asimetris, Ketua Harian PP AMPG Bidang Politik Mustafa Radja berkomitmen akan melaksanakan diskusi agar dapat mencari solusi dari permasalahan yang sedang berkembang saat ini.