Penyelundup 1 Ton Sabu di Anyer Bagian dari 72 Jaringan Narkoba Internasional
tersangka penyelundup 1 ton sabu asal Tiongkok yang berhasil digagalkan kepolisian di Anyer, masuk dalam 72 jaringan internasional
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam data Badan Narkotika Nasional (BNN), empat tersangka penyelundup 1 ton sabu asal Tiongkok yang berhasil digagalkan kepolisian di Anyer, Banten, Rabu lalu, merupakan satu dari 72 jaringan narkoba internasional yang beroperasi di Indonesia.
"Yang jelas mereka bagian dari 72 jaringan internasional," kata Kepala BNN Komjen Budi Waseso di komplek Mabes Polri, Jakarta, Jumat (14/7/2017).
Menurut pria yang karib disapa Buwas tersebut, jaringan asal Tiongkok tersebut juga mendistribusikan narkobanya di Pulau Jawa. Sebab, daerah Pulau Jawa menjadi pangsa besar narkoba.
Buwas mengapresiasi penggagalan penyelundupan 1 ton yang dilakukan oleh pihak kepolisian bersama BNN itu.
Diberitakan sebelumnya, tim gabungan dari Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya dan Polres Kota Depok menggagalkan penyelundupan sabu sebanyak 1 ton di Hotel Mandalika Anyer, Serang, Banten pada Rabu (12/7/2017) malam.
Polisi terpaksa menembak mati seorang di antaranya yakni Lin Ming Hui asal Taiwan, karena melakukan perlawanan dengan berusaha menabrakkan mobil pengangkut 1 ton sabu ke petugas yang hendak menangkapnya. Diketahui, ternyata Lin Ming Hui merupakan pengendali penyelundupan 1 ton dari Taiwan.
Dua tersangka lainnya, yakni Chen Wei Cyuan dan Liao Guan Yu, berhasil ditangkap hidup-hidup. Sementara, seorang tersangka lainnya, Hsu Yung Li, yang berhasil meloloskan diri dan dalam pengejaran petugas.
Kasus ini terungkap setelah tim gabungan mendapat informasi dari Kepolisian Taiwan tentang adanya pengiriman sabu dari China ke Indonesia.
Secara terpisah, Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN), Irjen Pol Arman Depari menilai saat ini Indonesia memang tengah darurat narkoba.
Sebab, barang haram yang merusak kesehatan dan menimbulkan kerugian ekonomi negara itu telah sampai ke pelosok desa hingga menyasar murid sekolah dasar (SD).
"Kalau kami tanya ke pejabat daerah-daerah, apakah ada satu kecamatan yang berani men-declare daerahnya bebas narkoba. Belum ada yang berani. Sehingga kami simpulkan, narkoba ini sudah sampai ke pelosok-pelosok desa," kata Arman di kantor BNN, Jakarta, 25 Agustus 2017.
Menurutnya, dari data BNN, ada 72 jaringan atau sindikat narkoba internasional yang beroperasi di Indonesia. Mereka didominasi jaringan dari China, Kolombia dan negara Amerika Latin lain.
Di antara 72 jaringan internasional tersebut adalah Pony Tjandra dan Halim Tjandra alias Akiong dengan kaki tangan Freddy Budiman, yang telah ditangkap oleh petugas.
Anggota jaringan-jaringan narkoba tersebut mempunyai 'seribu cara' untuk melancarkan bisnis haramnya di Indonesia.
Mereka juga tak sungkan menembak petugas yang dianggap mengganggu bisnisnya.
"Sekarang nggak terlalu banyak anggota jaringan yang mempersenjatai diri. Kalau dulu mereka banyak mempersenjatai diri. Tapi, karena banyak anggota mereka yang kami tangkap, belakangan ini kami jarang menemukan yang bawa senjata api. Biasanya mereka pakai senjata laras pendek," beber Arman.
Untuk menghilangkan jejak atau antisipasi penelusuran petugas, anggota jaringan narkoba baru sebatas memainkan modus lama, di antaranya bergonta-ganti SIM card telepon genggam.