Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Basofi Sudirman, Putra Pahlawan Nasional yang Berdangdut dan Berpolitik

Namun, pengalaman berdangdut dan berpolitik Basofi justru berawal dari karierny di dunia militer.

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Basofi Sudirman, Putra Pahlawan Nasional yang Berdangdut dan Berpolitik
INDOLAWAS.BLOGSPOT.CO.ID
Album 'Tidak Semua Laki-laki' karya almarhum Basofi Soedirman. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Gubernur Jawa Timur Moch. Basofi Sudirman dikabarkan tutup usia, Senin (7/8/2017), dalam usia 76 tahun.

Semasa hidupnya, Basofi dikenal sebagai sosok yang populer di panggung hiburan dan politik.

Sebagai seorang penyanyi dangdut, Basofi sukses mempopulerkan singel, ciptaan pedangdut Leo Waldy, 'Tidak Semua Laki-laki' di era '90-an.

Sedangkan, di dunia politik, Basofi sempat dipercaya rakyat untuk menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 1987-1992 dan Gubernur Jawa Timur periode 1993-1998.

Namun, pengalaman berdangdut dan berpolitik Basofi justru berawal dari kariernya di dunia militer.

Basofi Sudirman lahir 20 Desember 1940, di Bojonegoro, Jawa Timur, dari pasangan Letjen TNI (Purn) H Soedirman dan Masrikah binti Syakur.

Sang ayah, Soedirman, merupakan tokoh pahlawan nasional dari Bojonegoro, yang menjadi sosok inspirasi bagi Basofi untuk menjadi tentara.

Berita Rekomendasi

Karenanya, setelah lulus SMA pada 1960, Basofi kemudian melanjutkan pendidikan di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang, Jawa Tengah.

Karier Basofi terbilang lancar usai menyelesaikan pendidikan di AMN pada 1963, terutama setelah mengikuti berbagai operasi pertempuran.

Terbukti dari pengalamannya dalam memimpin pasukan sebagai Komandan Detasemen Tempur Kopasandha (1971-1972), Komandan Batalyon 412 Brawijaya (1973-1974), dan Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 18/Kostrad (1981-1983).

Sebelum ditarik ke Mabes ABRI, Basofi juga sempat memimpin pasukan teritorial, seperti dari Jember (1977-1978) sampai Bukit Barisan (1986-1987).

Basofi juga pernah mengajar di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) pada 1979-1981.

Namun, meski berkarier lancar, Basofi cepat pensiun, yakni di usia 47 tahun, saat dirinya sudah berpangkat Mayor Jenderal TNI.

Karier Basofi di dunia militer memang tidak sebagus ayahnya yang sampai meraih pangkat Letnan Jenderal TNI, tetapi kariernya di dunia politik lebih menjanjikan.

Usai pensiun dini, Basofi menapak dunia politik dan bergabung dengan Golongan Karya (Golkar).

Setelah sempat menjabat sebagai Ketua DPD Golkar DKI Jakarta, Basofi diangkat menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta pada 1987, mendampingi Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto.

Pada 1993, takdir membawanya kembali ke kampung kelahirannya untuk dipercaya sebagai Gubernur Jawa Timur, sebagai penutup karier politiknya.

Basofi diketahui mulai dirawat di rumah sakit atas keluhan tekanan darah tinggi dan kondisi kesehatannya di usia lanjut sejak Mei lalu.

Kondisi kesehatannya menjadi sorotan lantaran Basofi sempat diisukan meninggal dunia, yang kemudian dibantah oleh putrinya, Linda.

Basofi akhirnya dikonfirmasi tutup usia Senin (7/8/2017) ini dan rencananya akan dimakamkan keesokan harinya di Pemakaman San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas